April 26, 2010

wonderlife part 6

“Ryu… besok jangan lupa latihan ya!”
“Yo! Sampai jumpa Tsuki…” ucap Ryu seraya melambaikan tangan ke arah cewek itu.
“Ryu…aku menyukaimu…”
“Yuki-chan!!! Boleh pinjem prmu nggak?” tanya Hikari pada Yuki, teman sekelasnya yang selalu juara kelas dan berparas cantik. Sikapnya lembut, berbeda dengan kembarannya Tsuki yang juga sekelas dengan Hikari.
“Wah…Hikari belum ya? Silahkan…” ujar Yuki seraya menyerahkan buku prnya itu.
“Yuki baik sekali…!!!” Hikari memeluk erat Yuki, “Saaakkiiiit….!!!”
“Hai Hikari…” sapa Tsuki dengan stylenya yang cool itu.
“Hai Tsuki!”
“Yuki…nanti kamu pulang duluan ya soalnya aku mau latihan basket dulu bareng Ryu.” ucap Tsuki seraya meletkakan tasnya dan duduk dikursi dengan kaki dimeja.
“Ryu?”
“Ya, memangnya kenapa? Kamu nggak suka ya?” tanya Tsuki dengan nada sedikit meninggi.
Suasana mulai menegang, Hikari pun mengendap-ngedap meninggalkan kembaran itu.
“Heh Yuki, dari dulu kamu selalu saja ikut campur urusanku! Kamu sudah punya segalanya, jadi aku ingin untuk masalah Ryu kamu jangan ikut campur!” Tsuki memperingatkan Yuki yang hanya terdiam mendengar gertakkan Tsuki.
“Maaf…bolehkan aku menitipkan minuman ini untuk Ryu?” tanya Yuki.
Tsuki mengambil dengan kasar botol minuman itu, “Baik”
Saat istirahat seperti biasanya Hikari dan yang lainnya berkumpul diloteng.
“Ryu… Kamu sebenarnya memilih Tsuki atau Yuki sih?” tanya Hikari seraya menyandarkan dirinya pada bahu Izumi.
“Maksudmu?”
“Masa nggak tau sih…sepertinya kembaran itu menyukaimu.”
“Oh…mereka. Ya aku sih tau dari gerak gerik mereka. Tsuki yang agresif dan Yuki yang tenang, aku bingung harus memilih yang mana.”
“Tapi kamu nggak suka dua-duanyakan?” tanya Ishida dengan mulut penuh makanan.
“Aku nggak tau…”
“Pilihlah yang terbaik…mereka berduakan memang sudah akrab denganmu sejak kecil bahkan sebelum Hikari pindah ke kota ini…” ujar Izumi seraya menatap wajah Hikari yang sedang menggembungkan pipinya, mirip seperti fugu.
Izumi terus menatap Hikari yang tampak asyik dengan pipi tembemnya,*cup*
“Kyaaaa…” pekik Hikari terkejut karena Izumi tiba-tiba saja mencium pipinya.
“Haha…asyik sekali dengan pipinya sampai2 aku dicuekin” singgung Izumi.
“Hikari…aku juga ingin menciummu!!!” tiba-tiba Ishida mendekatkan wajahnya pada Hikari.
*bruuk* Izumi menendang wajah ishida,”Kamu lupa ya, Hikari sekarangkan milikku! Berbeda dengan dulu, Hikari adalah milik bersama…haahahaha” tawa Izumi.
“Huh! Izumi jahat!” Hikari mendenguskan nafasnya dengan keras.
“Iya ya… kalo dulu kita bisa dengan bebas memeluk Hikari, mencium pipi tembemnya dan……” belum selesai Ishida berkata-kata Hikari melepaskan tinju mautnya kewajah Ishida,”Dasar cowok mesum!”
“Sialnya…” ucap Ishida seraya menutup hidungnya yang mengeluarkan darahnya.
*kriiiingg*
“Sudah bel nih, aku ke kelas duluan ya…” pamit Hikari. tapi sebelumnya *cup* Hikari mencium pipi Ishida, “Sekali ini aku maafkan… tapi lain kali jangan diulangi lagi ya…”
Sepulang sekolah sesuai janji, Tsuki sudah menunggu Ryu dilapangan basket,” Maaf, sudah lama ya?” ujar Ryu seraya mempercepat langkahnya menghampiri Tsuki.
“Ah…tidak apa-apa kok. Langsung mulai saja ya…” ucap Tsuki dengan riang. Tersirat diwajahnya sebuah kebahagiaan bisa bersama Ryu saat ini.
Setelah 1 jam mereka bermain, Ryu menghentikan permainan, dan beristirahat sejenak.
“Ini…” ucap Tsuki seraya menyerahkan minuman.
“Ah…thanks ya. Kamu yang belikan?” tanya Ryu seraya meneguk minuman itu.
“Ya…” jawabnya berbohong.
“Ryu… kamu mau nggak jadi cowokku?” Tsuki tiba-tiba menyatakan cintanya pada Ryu.
Tersentak Ryu mendengar pernyataan itu, “Tsuki…”
“Kamu nggak sukakan sama Yuki! Kamu sukanya sama akukan!” Yuki berusaha mencium Ryu.
Ryu mengelak, “Tsuki...maaf aku tidak bisa menjawabnya sekarang. Aku harus pergi…” ucap Ryu seraya mengambil tasnya dan beranjak pergi.
“Ryu!”
Tsuki melangkahkan kakinya dengan gontai menuju ke kamarnya. Saat didepan pintu kamar Yuki Ia mencuri dengar suara Yuki sedang menelpon seseorang. tampak sangat senang sekali. dan sekilas dia mendengar nama RYU!”
*braaak* “Yuki!”
“Hah…” Yuki terperangah mendengar teriakan Tsuki.
“Ternyata kamu penyebabnya! Dasar kembaran tidak tau diuntung! Sudah ku bilang jangan dekati Ryu. tapi kamu masih melawan!” *buuk* Tsuki melempar tasnya kewajah Yuki.
“Aw!” pekik Yuki kesakitan.
Tsuki mendekati Yuki kemudian menampar wajahnya *plaak* “Kamu tuh seharusnya nggak perku lahir tau nggak! Mengganggu saja! Dari dulu kamulah yang menjadi anak emas dikeluarga ini! Aku nggak pernah diperhatikan sama papa dan mama, selalu kamu dan kamu yang mereka banggakan. Kanapa sih aku harus punya kembaran kaya kamu yang selalu merebut kebahagiaanku! Mati aja deh kamu! *buuk* Tsuki menendang perut Yuki dan kemudian meninggalkannya begitu saja.
Tsuki berlari ke lapangan basket itu lagi. Dia melampiaskan kekesalannya dengan melempar bola basket ke ring dan melakukan dunk sampai ringnya patah. “Aku…Aku benci padamu Yuki!! Kamu selalu saja menghalangiku! Padahal tinggal selangkah lagi Ryu pasti jatuh ketanganku. Apa sih bedanya aku dari kamu, aku juga cantik, pintar, lebih keren dan berprestasi..tapi kenapa Ryu berpaling padamu!!!” Tsuki benar2 geram pada Yuki. Dia berteriak sampai mengucurkan air mata.
“Sifatmu…sifatmu itu bukan tipenya Ryu.” tiba-tiba suara itu mengejutkan Tsuki yang masih terisak-isak menangis.
“Ishida?”
“Hey…kamu nggak boleh membenci Yuki. Dia nggak salah. Memang Ryulah yang mendekatinya.”
“Apa yang salah dari sifatku!” Tsuki berdiri dan hendak menyerang ishida.
“Wow…calm down beibh…” ishida menangkis serangan Tsuki dan *gyuut* memeluknya.
“Be mine…”
Tsuki terperangah dan pasrah dalam pelukan Ishida. Air matanyanya pun tak henti2nya mengalir dari matanya. Pelukkan Ishida memberikan kenyamanan di hati Tsuki.
“Tsuki…aku mohon jangan lagi kamu membenci Yuki, apa lagi sampai dendam. walau bagaimana pun kamu membencinya dia tetap saudara kembarmu yang dilahirkan bersama-sama denganmu.”
tsuki piun memnbalikkan wajahnya dan memeluk Ishida dengan erat. “ishida…”
Ishida mengelus kepala Tsuki dengan lembut.
Tsuki tiba-tiba melepaskan pelukkannya dna menunjuk wajah Ishida, “Heh curi2 kesempatan dalam kesempitan ya…! Main peluk2 aja!”bentak Tsuki.
ishida hanya terdiam seraya mendekat tsuki selangkah demi selangkah. Tsuki pun perlahan-lahan mundur hinggak terjebak di pohon. *cup* ishida mencium Tsuki. Tsuki terkejut tak percaya, ia memejamkan matanya dan bergumam, “Aduh…kenapa ini. First kissku… ishida, kenapa semuanya jadi begini. tapi kenapa aku merasa lebih tenang bersama Ishida daripada Ryu. Bukankah aku menyukai Ryu bukannya Ishida. Ah..bingung!!!” pekiknya dalam hati.
“Hey…hey…buka matamu! Kamu kenapa sih? Masih ingin dicium ya…” tawa Ishida.
Tsuki tersentak dari lamunannya,” Ah…nggak kok!” wajah Tsuki memerah.
“wah…pipimu kaya tomat deh. Tarnyata tsuki cantik juga ya kalo dilihat sedekat ini.” ucap Ishida terkekeh.
“Apa maksudmu…..” belum selesai tsuki berkata-kata tiba-tiba handphonenya berbunyi.
“Mama?”
“Halo…ada apa ma?”
“Tsuki kamu dimana?” tanya mama dengan nada panik.
“Di lapangan. Mama kenapa sih?”
“kamu cepat kerumah sakit! Yuki ada di ICU. nanti mama jelaskan.Cepat!”
“Yuki…” Tsuki terperangah tidak percaya.”Ishida…cepat antarkan aku kerumah sakit. Yuki…yuki masuk rumah sakit. Ayo!!”
“Baiklah…ayo cepat naik!” Ishida pun mengendarai motornya dengan kecepatan penuh.
Sesampainya di rumah sakit,”Yuki….mama mana Yuki.”
Mama menyambut kedatangan tsuki dengan wajah yang sangat panik, “Tsuki…kamu apakan Yuki! Diperutnya ada pendarahan, untung nggak parah! Pipinya juga kenapa memar sampai biru begitu. Aduh Tsuki…kamu ini kenapa lagi sih. Bukankah mama sudah peringatkan kamu untuk tidak menyerang Yuki saat kamu sedang emosi. Untung Yuki nggak meninggal! Sudah berapa kali kamu memnyerang Yuki sampai masuk rumah sakit begini, ayo berapa?!” tanya mama geram.
Tsuki mejawab pelan seraya menundukkan kepalanya, “4 mah…maafkan Tsuki.”
Ishida hanya tercengang mendengar jawaban Tsuki, “Dia ini manusia apa robot, punya kekuatan sebesar itu. Untung waktu aku cium tadi dia tidak menyerangku.” gumamnya.
“Sekarang kamu temui Yuki!” perintah mama.
Dengan pelan Tsuki menghampiri Yuki yang terbaring lemah dengan infus ditangannya.
“Tsuki…”
Tsuki pun langsung memeluk Yuki, “Yuki…maafkan aku! Aku tidak tau akan terjadi hal seperti ini. Aku hanya lepas kendali…”
“Tsuki…sudahlah. Aku tidak apa-apa. Maafkan aku juga karena telah membuatmu kecewa. Aku akan bilang pada Ryu supaya tidak mendekati aku lagi.”
“Nggak perlu! Aku sudah cukup berdosa menyakitimu seperti ini. seharusnya akulah yang terbaring seperti ini karena telah merebut Ryu darimu. Padahal aku sudah tau Kamu dan Ryu saling menyukai tapi kenapa aku masih tetap berusaha merebutnya dari mu…”
Tiba-tiba, “Yuki!” dengan panik Ryu menghampri Yuki.
“Ryu...”
“Yuki…maafkan aku. Seharusnya aku…”
“Sudahlah Ryu…jangan kamu pikirkan…jagalah Yuki untukku. Aku rela melepaskan kamu untuk Yuki asalkan kamu berjanji untuk menjaganya. Dan aku juga meminta maaf pada mu Ryu…” ucap Tsuki dengan penuh harap.
“Iya…aku memaafkanmu.”
“Yukii…” Hikari dan Izumi pun datang juga.
“Semuanya terima kasih ya… aku senang dapat berkumpul bersama kalian disini.” ucap Yuki perlahan tapi dengan ekspresi senang.
“Tapi…” Ishida tidak melanjutkan kata2nya.
“Tapi kenapa Ishida?” tanya Izumi.
“Tapi…masa cuman aku yang nggak punya pasangan? Hikari dengan Izumi. Ryu sudah pasti dengan Yuki. Aku?” Ishida mendekati Tsuki. “Aku sama tsuki aja ya! Mau ya…” Ishida berharap-harap.
*syuuut…* Tsuki menarik kerah baju Ishida, “ Aku tidak akan melepaskan orang yang sudah mencuri first kissku. camkan itu!”
“Woah…Ishida sudah mencium Tsuki ya?” pekik Hikari.
“Beraninya kamu mencium Tsuki…nggak takut dihajar ya?” tanya Yuki seraya tersenyum.
“Tsuki suka kok dicium… dia tadi diem aja, nurut kaya bayi mungil. Hahhahah”
“Apa maksudmu!” *pletak* kening Ishida disentik Tsuki.
Keesokan harinya disekolah, “Yuki sudah sembuh ya?” tanya Hikari seraya duduk dikursi dihadapan Yuki.
“Ya begitulah…”
“Jelas aja sudah sembuh, kan sudah dijenguk sama pangeran Ryu tercinta…hahaha” celetuk tsuki.
“Kyaaaa…Ishida, Ryu dan Izumi ada didepan kelas kita!!!!” pekik cewek2 dikelasnya Hikari.
“Yo!” mereka bertiga melambaikan tangannya pada Hikari, Tsuki dan Yuki.
ketiga cewek itu pun menghampiri ketiga cowok itu dan mengajaknya untuk pergi ketaman sekolah…

April 24, 2010

Wonderlife part 5

Siang itu cuaca cukup panas. Peluh bercucuran di wajah Hikari. Padahal di kelas cukup dingin karena berAC, tetapi dia memilih untuk menyendiri di taman sekolah.
“Aku tidak mau kehilangan Izumi…” gumamnya pelan. Ia mengangkat wajahnya seraya menatap indahnya langit yang terbentang luas diatas sana.
“HIkari…” panggil Izumi mengagetkan Hikari.
“Ada apa Izumi?” tanya Hikari seraya berdiri dan menghampiri Izumi.
“Maaf…” ucap Izumi pelan.
“Maaf? Memangnya ada apa?” Hikari semakin penasaran. Ia memegang kedua tangan Izumi, tetapi ditepis oleh Izumi.
“Kita putus…” jawabnya keras seraya langsung pergi meninggalkan Hikari yang masih terpaku mendengar ucapan Izumi barusan.
Hikari hanya terdiam, dan oleng terduduk di hamparan rumput taman yang luas. Matanya perlahan mengeluarkan air mata. Ia tidak berdaya, dan hanya menatap kepergian Izumi yang telah memutuskan hubungan mereka tanpa tau apa penyebabnya.
“Kenapa Izumi…”
Saat pulang sekolah, Hikari memutuskan untuk pulang sendiri. Ia berjalan dengan gontai, ia masih memikirkan ucapan Izumi barusan.
“Izumi serius. Aku tau dia mengucapkan hal itu serius, aku melihat matanya berkata dengan serius. Tapi ia tidak bisa membohongiku melalui tatapan matanya, aku melihat mata hatimu bahwa kamu tidak akan pernah sanggup untuk mengatakan hal itu padaku. Izumi…kenapa kamu tidak mengatakan hal yang sebenarnya. Aku tau kamu tidak akan sanggup untuk berpisah dariku. Jika alasannya karena gadis lain, itu tidak mungkin karena Izumi tidak pernah tertarik pada gadis lain. Pasti ada hal yang sangat serius. Baiklah, aku akan mencari tau! Izumi, aku akan menyelamatkanmu!”
Sesampainya dirumah,”Hikari…!” panggil mama.
“Ada apa ma?” Hikari menghampiri mamanya seraya mengemut permen coklat favoritnya.
“Hikari…mama rasa sekaranglah saat yang tepat untukmu bertunangan. Nanti malam kamu akan bertunangan dengan seseorang yang sejak kamu kecil sudah mama jodohkan.” jelas mama seraya mengelus rambut anaknya.
“Apa?” pekik Hikari seraya menepis tangan mamanya. “Itu tidak bisa terjadi! Mama jahat!”
“Hikari…jika kamu tidak mau menurut maka kamu bukan anak mama lagi! Kamu pasti suka kok dengan cowoknya. Mama yakin…” ucap mama sambil tersenyum kecil.
Hikari tidak menjawab, dan dengan gontai kembali ke kamarnya.
*buk buk buk* Hikari meninju boneka panda yang diberikan Izumi padanya.”Kenapa semuanya jadi begini?! Izumi memutuskan hubungan kami, mama ingin menjodohkan aku dengan seseorang yang tidak ku kenal. nanti apa lagi?” geram Hikari. Ia menghempaskan tubuhnya ke kasur dan mengangkat boneka pandanya,” Apa aku yang akan menyelamatkanmu, atau kamu yang akan menyelamatkanku?” ia menutup wajahnya dengan boneka itu dan tertidur.
“Hikari!!!!!” panggil mama membangunkan Hikari yang ketiduran.
“Ini sudah jam berapa?”
“maaf ma…aku tidak mau bertunangan” ucap Hikari memohon.
“Sudahlah jangan banyak omong, sekarang kamu bersiap-siaplah. Mama dan papa akan menunggumu dibawah.” perintah mama.
Hikari tidak bisa membantah, dan dengan terpaksa dia melakukan apa yang mama perintahkan kepadanya.
Sesampainya disebuah restoran mewah, keluarga si cowok pun menyambut kedatangan keluarga Hikari.
“Tante?” pekik Hikari terkejut karea melihat mamanya Ryu menyambut kedatangan keluarganya.
“Wah…Hikari cantik sekali.” puji mamanya Ryu seraya mengajak Hikari masuk.
Hikari tersentak melihat Ryu sedang berdiri dengan menggunakan jas putih, tampan sekali. “Apa dia tunanganku?” tanya Hikari pada mamanya.
“Iya sayang…”
Ryu hanya tersenyum dan menghampiri Hikari,”hai…kamu terkejut?”
“Apa-apaan ini Ryu?” geram Hikari seraya mendorong Ryu sampai terjutuh.
“Ah…” Ryu tersungkur dan dengan cepat kembali berdiri. Dia mengibas-ngibaskan jasnya,” Sudahlah…kamu tenang saja. Kita ini sudah dijodohkan sejak kecil, dan kita semua tau itu, kecuali kamu.”
“Kita?”
Tiba-tiba Ishida dan Izumi mucul dan menghampiri mereka,”hai Hikari, kamu cantik sekali” puji Ishida seraya tertawa.
Hikari tidak terlalu memperdulikan pujian Ishida, ia hanya menatap Izumi lekat. Seolah ingin mengatakan sesuatu tetapi tidak bisa ia katakana. Di wajah Izumi tersirat tangis, yang hanya bisa dilihat Hikari. Tetapi diluar ia tampak senang seraya menyalami Hikari.
*Plak* Hikari menepis tangan Izumi. “Bodoh…” ucap Hikari dalam hati.
Izumi terkejut, tapi kemudian menundukkan wajahnya.
“Aduh…kenapa semuanya tegang begini. ya sudah caranya kita mulai saja. Hikari, kamu berdirilah di samping Ryu.” pinta mama.
Hikari tiba-tiba saja menurut, wajahnya tiba-tiba kembali ceria lagi. ia tersenyum seraya menggandeng tangan Ryu. “Hikari…” pekik Ryu pelan.
“Ini…” mama Ryu menyerahkan dua buah cincin yang akan mereka pakai. “Ryu…pakaikanlah dijari Hikari, begitu pula sebaliknya” lanjutnya.
Tanpa ragu lagi, Ryu memasangkan cincin berlian itu kejari manis Hikari. Ryu menatap Hikari lekat,kemudian berbisik ke telinga Hikari,”Jangan ceroboh…” bisiknya singkat.
Hikari tersentak,”Apa maksudmu?” Hikari ingin menanyakan hal itu tetapi mamanya keburu menyuruhnya untuk memasangkan cincin itu ketangan Ryu. Dengan berat Hikari mengambil cincin itu dari kotaknya. Ia sudah memegang cincin itu, tapi ia hanya terpaku menatap cincin itu. ia benar-benar tidak sanggup jika ia harus memasangkan cincin itu kejari Ryu. ia pun mencuri pandangan kepada Izumi, ia melihat sekilas wajah Izumi yang tersenyum manis, tetapi hatinya terluka. “Ayo Hikari…”
Hikari menutup matanya, dan kemudian dengan cepat ia memasangkan cincin itu kejari Ryu. Tiba-tiba…*sret* “Jangan ceroboh!” ucap Ryu keras seraya menepis cincin itu. Semua yang ada disitu terkejut termasuk Hikari. Ia terkejut dan membuka kedua matanya. Dilihatnya wajah Ryu yang tampak marah bercampur kecewa. “Sudah ku katakan jangan ceroboh, apa kamu tidak mengerti juga? Izumi, Hikari…kalian berdua memang pasangan yang bodoh dan ceroboh! Izumi, saat aku mengatakan bahwa Hikari dan aku akan bertunangan kenapa kamu menyerahkan Hikari kepada ku begitu saja. Aku tau kamu pasti terluka, aku tau itu!!! Kamu hanya tidak ingin persahabatan kita hancurkan? Lagian kamu tau aku juga menyukai Hikari, tapi aku tidak selicik yang kamu kira! aku tidak mungkin merebut kekasih sahabatku sendiri. Itu perbuatan yang sangat rendah!” ucap Ryu seraya menunjuk wajah Izumi.
Izumi hanya terdiam saja.
“Hikari, kamu pun sama! Kenapa kamu masih ingin memasangkan cincin itu kejariku? Aku tau kamu nggak akan pernah sanggup melakukan hal itu. matamu, matamu menunjukkan perasaanmu. kamu tidak bisa membohongiku. 10 tahun kita bersama cukup untukku untuk mengetahui semua isi hatimu. Aku memang mencintaimu Hikari, tapi aku tidak mau kamu tersiksa seperti ini. Percuma saja jika kita menjalin hubungan tetapi cintamu hanya untuk dia. Makanya aku bilang jangan ceroboh…” ujar Ryu seraya memegang pundak Hikari.
“Sekarang pasangkanlah cincin ini kepada Izumi.” pinta Ryu.
“Tapi?”
“Lakukan saja! perintah Ryu.
Dengan cepat Hikari menghampiri Hikari dan memeluk izumi. “Izumi!”
*Bruk* mereka berdua terjatuh.
“Aduh sakit!” ucap izumi seraya memegang pinggangnya.
*sreet* Hikari menarik tangan izumi dan dengan cepat memasangkan cincin yang seharusnya diberikannya pada Ryu.
“Jangan pernah melepaskan aku lagi ya” ucap Hikari sambil memeluk erat Izumi yang masih tidak percaya dengan semua yang dialaminya.
“Hikari…” Izumi mengelus kepala Hikari. “Maafkan aku…” lanjutnya.
“*Buk!* Hikari mendorong izumi. “Dasar bodoh dan ceroboh! Tega sekali kamu menyerahkan aku pada Ryu! “
Izumi pun berdiri dan menngecup kening HIkari…”akukan sudah minta maaf.”
“Semuanya berhasil…” ucap seseorang yang berjalan dari pintu masuk. Semuanya memandangi orang itu. “Untunglah rasa persahabatan mereka lebih kuat dari pada keegoisan.” lanjut orang itu.
“Papa?!” pekik Ishida dan Izumi.
“hahaha…Himura, anak-anak kita memang seperti kita ya.” ucap papanya Hikari seraya tertawa keras.
“Maksud papa?”
“Anak-anakku semuanya. Sebenarnya kami ini sudah bersahabat sejak kecil seperti kalian. “ jelas papanya Ryu.
“Benar. Yui dan Hatori adalah orang tuanya Hikari, Shinji dan Keiko adalah orang tuanya Ryu, sedangkan aku Himura dan almarhum istriku Miyuki adalah orang tua Ishida dan Izumi. Kami semua sahabat.”
“kami hanya ingin menguji kalian saja, seberapa besar rasa persahabatan kalian. Hasilnya perfect” ucap mamanya Ryu seraya mengedipkan mata.
“Apaan sih?” tanya Ishida yang merasa sangat bingung sekali dengan penjelasan orang tua-orang tua mereka.
“Memang sebenarnya Hikari dan Ryu sudah dijodohkan saat kalian masih kecil. Kami sudah yakin Ryu dan Hikari akan cocok karena mereka berdua sangat akrab. Tetapi sebelum mendiang ibu Izumi meninggal, dia berkata bahwa Izumi dan Hikarilah yang sebenarnya saling mencintai tapi hal itu akan tampak saat mereka sudah masuk SMA. dan ramalan ibumu tepat bukan?”
“Kami juga sudah tau mengenai hubungan Hikari dan Izumi.”
“Papa…mama…” Hikari, Ryu , Izumi, dan Ishida pun berlari memeluk orang tua mereka masing-masing.
“Inilah yang kami harapkan. Kami hanya berpesan agar kalian menjaga persahabatan kalian sebaik mungkin, seperti kami menjaga persahabatan kami sampai sekarang. Pesan ayah Izumi mewakili sahabat2nya.
“Izumi…” *cup* Hikari tanpa malu mencium Izumi di depan mereka semua.
“Hey hey…aku juga dong!” pinta Ryu seraya tertawa kecil.
“Cari sendiri sana…diriku hanyalah milik izumi.”
“hahahaha…” mereka semua tertawa bahagia. Walaupun pertunangan Ryu dan Hikari gagal, tetapi akhirnya cinta Hikari dan Izumi kembali bersatu dalam ikatan pertuangan.
“Dasar pasangan yang ceroboh” ujar ishida seraya mencubit pipi Hikari dan izumi.
“Best Friend Forever…♥”

wonderlife part 4

“Hikari…”
“Ada apa Izumi?” tanya Hikari seraya meneguk soft drink ditangannya.
“Kalo aku pergi kira-kira kamu sedih nggak?” tanya Izumi dengan hati-hati.
“Pertanyaan macam apa itu?!” bentak Hikari seraya menatap dan menunjuk wajah Izumi.
“Hey…akukan hanya bertanya.” ujar Izumi seraya menepis tunjukan Hikari.
“Memangnya kamu mau kemana?” tanya Hikari balik.
“Nggak kemana-mana kok!” jawab Izumi yang tampaknya menyembunyikan sesuatu.
“Yang pastinya aku nggak mau Izumi-kun pergi kemana-mana. Janji?”
“Janji…”
Keesokan harinya, Izumi tidak ada disekolah. Hikari mencarinya dimana-mana, tapi tetap saja tidak menemukannya.
“Ishida!!!!” teriak Hikari di depan kelas Ishida.
Ishida terkejut, “Ah…em…Eh… a…ada apa Hikari?” tanya Ishida terbata-bata.
“Mana Izumi!!!!” tanya Hikari seraya berjalan mendekati meja Ishida.
Ishida tidak langsung menjawab, malahan menarik tangan Hikari dan membawanya kesuatu tempat.
“Hikari, kamu siap nggak mendengar semua ini?” tanya Ishida sedikit berhati-hati.
“Mendengar apa?” tanya Hikari penasaran.
“Sebenarnya hari ini Izumi, pergi ke Amerika untuk mengurus perusahaan kakekku.Kemungkinan besar tidak akan kembali kesini lagi.” jelas Ishida.
Hikari terpaku, dia benar-benar shock. Air mata mulai membasahi pipinya, dia pun pergi berlari meninggalkan Ishida yang juga terdiam melihat reaksinya.
Saat di tangga Hikari berselisihan dengan Ryu, “Hikari…kamu kenapa?” tanya Ryu. Tetapi Hikari tidak memperdulikan pertanyaan Ryu itu ia terus berlari. Ia bersembunyi di taman belakang sekolah. Dia memanjat pohon yang selalu menjadi tempatnya menangis jika ia sedang sedih.
“Izumi…bukankah kamu berjanji akan selalu bersamaku?” ucap Hikari terisak-isak. Hikari melihat kearah langit, dan dilihatnya sebuah pesawat sedang melintas diatasnya. “Izumi, aku mohon kembalilah.”
Saat malam harinya, Ryu, Ishida dan Hikari berkumpul dirumah Ryu untuk menghibur Hikari. Supaya Hikari senang akhirnya kedua cowok itu memasakan masakan2 favorit Hikari. Hikari hanya duduk menunggu diruang tengah sambil menonton TV.
“Headline news… Baru saja pesawat yang terbang dari Jepang menuju Amerika, tergelincir saat pendaratan di bandara. Pesawat tersebut meledak dan menewaskan semua penumpangnya. Tidak ada 1 pun penumpang yang selamat…”
Seketika Hikari tersentak dan berteriak,”Izumiiii….!!!!”
Mendengar teriakan Hikari, Ryu dan Ishida dengan cepat berlari mendatangi Hikari. saat diruang tengah, Ryu dan Ishida melihat Hikari pingsan.
“Astaga…” pekik Ryu.
Ishida yang melihat berita itu juga shock. “I…Izumi…”
Ishida terduduk seraya membungkam mulutnya dengan tangannya.
“Ishida…Ishida kamu kenapa?” tanya Ryu panik karena melihat kedua sahabatnya itu shock.
“I…Izumi kecelakaan… Pesawat yang ditumpanginya tergelincir saat pendaratan” jelas Ishida terbata-bata.
Ryu hanya terdiam mendengar semua itu, seolah tak percaya Izumi telah tiada. Ssesaat dia sadar, ia mengangakat Hikari ke kamarnya. Sedangkan Ishida masih duduk di ruang tengah.
“Hikari…Hikari…bangunlah!”

Ryu berusaha membangunkan Hikari.
Beberapa saat kemudian, Hikari pun bangun. “Izumi…Izumi…!” ia memanggil-manggil nama kekasihnya itu.
“Hikari…Hikari…tenanglah! Izumi telah tiada…” Ryu memeluk erat Hikari yang masih terisak-isak menangis.
Ishida pun mendatangi kamar Ryu, “Ryu, biarkan aku yang mengantarnya pulang. Aku takut ibunya khawatir.”
“Baiklah. Hikari, Ishida akan mengantarmu pulang…berhati-hatilah.” pesan Ryu seraya mengantarkan Hikari kedepan rumahnya.
“Sampai jumpa.”
Keesokan harinya, Hikari datang kesekolah dengan wajah lesu. Matanya tampak berkantung dan masih sembap. Hikari juga selalu menghindar jika Ryu menghampirinya, dan hal ini berlangsung selama beberapa hari sampai Hikari sendiri yang datang menemui ryu.
“Ryu…aku tidak melihat Ishida sejak beberapa hari yang lalu. Dia kemana?” tanya Hikari seraya duduk disamping Ryu.
Dengan berat Ryu pun menjawabnya, “Ishida pergi menyusul ke Amerika. Izumi dimakamkan disana.”
“Apa? Kenapa kamu baru bilang sekarang?” Hikari tampaknya tidak bisa menerima perkataan Ryu barusan.
“Ishida yang berpesan kepadaku, supaya tidak mengatakan hal ini kepadamu. Dia tidak ingin kamu melihat melihat prosesi pemakaman Izumi.”
*plaak…* “Bodoh!!!” Hikari pun menampar pipi Ryu. Ryu tidak berbuat apa-apa, ia hanya memegangi pipinya.
“Pokoknya besok kamu harus mengantarkanku ke Amerika untuk melihat Izumi!” pinta Hikari dengan paksa.
“Mana bisa kamu berkata begitu! Amerika itu jauh…lagian apa kamu tau seluk beluk amerika. Bahkan kamu saja tidak pernah membaca peta” ucap Ryu sedikir keras.
“Aku tau perusahaan kakeknya Izumi. Ishida pernah memberitahuku tempatnya di Washington. Kita harus kesana besok…!”
“Terserah kamulah…” Ryu hanya pasrah melihat semangat Hikari untuk pergi ke Washington menemui Izumi sangat besar.
“Horee… Ryu baik deh….!!! Hikari memeluk Ryu erat, sampai-sampai Ryu tidak bisa bernafas.
“Hey kamu…lepaskan!!!”
Malam harinya, Hikari meminta ijin kepada orang tuanya. Pertamanya sih nggak diijinkan, tetapi lama-kelamaan setelah Hikari benar2 memohon, meyakinkan, dan mengiyakan beberapa syarat yang diberikan oleh orang tuanya, akhirnya diijinkan.
Hikari pun menyiapkan segala kebutuhannya yang kira2 dipakai saat di sana.
“Semua siap!” pekiknya. “Izumi, tunggulah aku…”
Keesokan harinya, Ryu dan Hikari pun berangkat ke Amerika dengan diantar oleh orang tua HIkari sampai bandara.
“Ryu…jaga Hikari ya.” pesan mamanya HIkari.
“Iya tante. Itu pasti.” jawab Ryu dengan mantap.
“ya sudah ma… pasawatnya udah mau berangkat. Bye…” Hikari cipika-cipiki dengan kedua orang tuanya dan kemudian melambaikan tangan.
Saat di dalam pesawat, Hikari tertidur bersandar dibahu Ryu dan kembali mengigau, “Pangeranku, tunggulah aku…”
“hahaha…ternyata Izumi itu pangerannya” gumam Ryu dalam hati seraya mengelus-ngelus kepala Hikari.
Sesampainya di bandara,”Amerika…kita sudah sampai!!!” pekiknya.
“Hikari, aku lapar. Kita cari tempat makan dulu yuk!” ajak Ryu yang tampak sangat lapar sekali sampai2 dia memegangi perutnya.
“Baiklah.”
HIkari dan Ryu pun mencari tempat makan. Hikari hanya memesan coffee mocca hangat, sedangkan Ryu memesan beberapa menu.
Setelah kenyang, Ryu mengajak Hikari untuk mencari penginapan. Untuk mengirit biaya, akhirnya Ryu dan Hikari mengaku bahwa mereka saudara, dan mereka pun diijinkan untuk 1 kamar.
Saat dikamar, Hikari langsung tetidur pulas karena kecapean. Sedangkan Ryu tidur di sofa. Tengah malamnya Ryu terbangun karena suara Hikari. Hikari tampaknya sangat gelisah sekali sampai2 tidurnya tidak karuan. Melihat hal itu, Ryu pun mendekati Hikari kemudian duduk disamping Hikari dan menyenderkan kepala Hikari di bahunya. Ia mengelus kepala Hikari dengan lembut,” Hikari seharusnya kamu adalah milikku. Bukan milik Izumi…”
Keesokan paginya,”Selamat pagi tuan putri. Ayo bangun…!” Ryu membangunkan Hikari dengan terpaksa, karena sebenarnya dia tidak tega membangunkan Hikari.
Dengan berat Hikari berjalan menuju kamar mandi.
Selesai mandi, Hikari dan Ryu pun sarapan.
“Ngomong-ngomong kamu tau nggak alamatnya yang rinci?” tanya Ryu sembari mengunyah rotinya.
“Em… sejujurnya aku hanya tau Washington saja. Untuk yang rincinya, aku nggak tau...” jawab Hikari sedikit ragu.
“Apa?! Kalo ginikan kita nggak tau harus kemana! Washington ini luas!!!” suara Ryu sedikit mengeras.
“tapi kitakan bisa bertanya kepada orang-orang disekitar sini.” Hikari mencoba menenangkan Ryu.
“Itu dia masalahnya. Apa bahasa inggrismu lancar?” tanya Ryu.
“Bukankah Ryu bisa?” tanya Hikari balik.
“Bisa sih bisa, tapi kalo kalimat2 yang sulit…aku angkat tangan deh.” jawab Ryu seraya mengangkat tangannya. ya sudah kita coba dulu.
Ryu dan Hikari pun memulai pencarian. Mereka berdua mendatangi tempat2 yang ramai dikunjungi orang. Mereka menanyakan perusahaan pak Himura.Tetapi tidak ada 1 orang pun yang tau. Begitu juga dengan hari berikutnya, hasilnya sama saja.
“Hikari, apa kamu tau nama lengkap kakeknya Izumi?” tanya Ryu.
“Nggak…cuman tau Himuranya aja.”
“Ya ampun… Ya sudah sekarang kita beristirahat dahulu. Besok kita lanjutkan lagi.” saran Ryu.
Keesokan harinya untuk menghilangkan stres Hikari mengajak Ryu untuk melihat patung Liberty dan tempat2 wisata lainnya. Ryu membelikan Hikari sebuah kalung pita berlonceng kesukaan Hikari. Hari itu Hikari tampak bahagia dibuat Ryu sampai2 ia melupakan Izumi.
Hari sudah malam, Ryu mengajak Hikari untuk beristirahat disebuah taman. Sambil memakan hamburger yang mereka beli di Mc Donald, mereka menikmati malam hari itu.
“Hikari…kenapa sih kamu sampai rela jauh2 datang kesini untuk mendatangi Izumi yang sudah mati.” tanya Ryu.
Hikari berhenti mengunyah sejenak kemudian menelannya. “Jangan pernah sekali pun kamu menyebut Izumi mati…!” geram Hikari.
“tapi itu memang benarkan…!”
“Ryu, hentikan omong kosongmu itu. Aku yakin Izumi masih hidup. Aku bisa merasakannya selama kita di sini. Aku merasa dia terus mengikuti kita.” ucap Hikari dengan nada emosi.
“Tapi kamu harus bisa menerima kenyataan ini, kalo Izumi sudah mati!” ucap Ryu dengan penuh emosi.
*plaaak* Hikari menampar wajah Ryu,” Jangan pernah sekali-kali kamu mengatakan Izumi sudah mati! Aku tau dia ada disini.!”
“Hikari…sadar!!! Untuk apa kamu melakukan semua ini?”
“Aku mencintai izumi! Aku percaya Izumi akan memenuhi janjinya untuk terus menjagaku!”
“Hikari…apa hanya dia yang bisa menjagamu. Aku juga bisa!” Ryu berbicara dengan keras seraya memegang bahu Hikari dan menggoyang-goyangkannya.
“Aku juga mencintaimu, Hikari…!” aku Ryu.
“Ryuuu…” Hikari terkejut.
“Hikari…aku sangat mencintaimu” Tiba-tiba Ryu berusaha mencium Hikari, tapi…
“Ryu…cukup!!!” suara itu mengagetkan mereka berdua.
Dihadapan mereka berdiri 2 orang cowok yang sangat mereka kenal.
“Izumi!!! Ishida….” pekik Hikari. Seketika itu juga Hikari berlari kearah izumi dan memeluknya.
“Hikari…” Izumi memeluk Hikari dengan erat, tampak sekali jika Izumi sangat merindukannya.
Tiba-tiba Hikari melepaskan pelukkannya,” Kamu, Izumi…bukankah kamu sudah meninggal?” tanya Hikari masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“Ini semua hanya rencana Izumi saja, hehehe” jawab Ishida terkekeh.
“maksudnya?” Hikari masih bingung.
“Aku hanya ingin tau seberapa jauh kamu mencintaiku… Sebenarnya aku tidak kemana-mana dan terus mengikutimu sampai kesini. Aku yakin kamu pasti mengajak Ryu untuk menyusul ishida. Lagipula, bukankah kakekku sudah meninggal?” jelas Izumi seraya tertawa kecil.
“Ini tidak lucu!” Hikari geram.
“Hey Hikari, untuk apa kamu ke Washington? Bukankah perusahaan kakekku berada di New York?” tanya Ishida seraya tertawa keras.
“Hah? Tapi…”
“Mungkin kamu salah dengar… Aku memberitahumu saat kita sedang bermainkan?” jelas Ishida.
Hikari mengingat-ngingat sesaat,”Hehe…Benar juga ya…” tawanya.
“Tapi kenapa waktu berita kecelakaan itu diberitakan, Ishida ikut2an shock.?” tanyanya lanjut.
“Hahahaha…aku shock karena untung saja semua ini hanya bohongan. kalo Izumi beneran berangkat ke Amerika, mungkin dia benar-benar…” jelas Ishida yang masih tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi wajah Hikari yang sangat shock itu.
“Maaf ya Hikari…untuk kejadian yang tadi… Itu semua hanya acting” Ryu meminta maaf kepada Hikari.
“Sudahlah…yang penting aku tidak kenapa-napa. dan terbukti kalo Hikari benar2 cinta kepadaku.” Izumi mulai menenangkan suasana.
Tanpa basa-basi lagi Hikari berlari memeluk Izumi. “ kamu jahat!!”
Keesokan harinya, mereka berlibur dan pergi ketempat2 wisata untuk melepaskan lelah dan menghilangkan stress. Raut wajah keempatnya tampak sangat bahagia, mereka semua sudah melupakan semua kejadian yang mereka alami kemaren.
2 hari kemudian mereka kembali pulang ke Jepang. Saat istirahat sekolah, Hikari menghampiri Ryu yang sedang duduk ditepi kolam ikan sekolah sambil melempari kerikil kecil.
“Ryu…kenapa kamu nggak jujur aja sih dari awal. kamu juga sama jahatnya dengan Izumi!” canda Hkari.
“tapi actingmu hebat juga ya!” lanjut Hikari seraya ikut melempari kerikil ke kolam.
Ryu menatap Hikari lekat, “ Tidak semuanya acting. Sebagian ada yang keluar dari hatiku.”
“Maksudmu?” tanya Hikari sedikit bingung.
“Hikari!!!!” Izumi tampak berlarian bersama Ishida dari kejauhan.
Hikari pun menghampiri Izumi dan berlarian mengejar Izumi dan Ishida. Ia tampak sangat senang sekali.
“Hikari…aku memang benar2 mencintaimu…” gumam Izumi.

To be continue...

Wonderlife part 3

“Pagi semua…” sapa Hikari saat mobil Ishida menjemputnya.

“Wah…Hikari sudah sembuh?” tanya Ryu riang karena melihat keadaan Hikari mulai membaik.

“Tentu saja. Kan Prince Izumi yang merawatku selama aku sakit” jawab Hikari seraya duduk disamping Izumi dan menggandeng tangan Izumi.

Ryu sangat terkejut saat melihat apa yang dilihatnya barusan,”Hikari,kamu?”

“Kenapa? Kaget? Hahaha…sekarang dia adalah milikku.” jelas Izumi seraya tertawa.

“Ryu…maaf kami lupa memberitahukan kepadamu.” ujar Ishida seraya menepuk-nepuk pundak sahabatnya itu.

“Syukurlah…akhirnya kalian akur juga. Sudah 10 tahun aku menunggu-nunggu hal ini.” ujarya Ryu senang.

Selama di sekolah Izumi selalu menempel pada Hikari, bahkan ia juga sering mendatangi Hikari di kelasnya. Tentu saja mereka tidak melupakan Ryu dan Ishida yang sangat mendukung hubungan mereka. Tetapi berbeda dengan Mori, cewek yang sangat menyukai Izumi ini sangat menentang hubungan mereka.

“Hai kak Izumi, sekarang kakak udah jadian ya sama Hikari? Mori memberanikan diri menanyakan hal itu pada Izumi yang sedang duduk dikantin menunggu Hikari.

“Ya…memangnya kenapa?’ tanya Izumi balik.

“Nggak apa-apa. Kok kakak bisa suka sama Hikari?” tanya Mori lagi.

“Yaah…dia cantik, pintar, dan baik…banyak deh pokoknya.” jelas Izumi singkat.

“Oh…begitu ya. ya sudah terima kasih ya kak….dah…” Mori pergi berlari meninggalkan Izumi.

Mori pergi ke WC sekolah. Ia menatap kaca, “walaupun aku tidak secantik Hikari tapi aku akan berbuat apa saja agar Izumi menjadi milikku!”

Setelah hari itu Mori tidak pernah kelihatan lagi disekolah. Katanya sih pindah sekolah. Tapi 2 minggu kemudian ada murid baru dikelas Hikari. Wajahnya sangat cantik dan mulus, seluruh cowok dikelas terpana dibuatnya.

“Hai namaku Miyu Kaname” sapanya.

Dia duduk disebelah Hikari tepat dibangku milik Mori dulu.

“Kamu pindahan dari mana?” tanya Hikari.

“Untuk apa kamu tau. Dandanan kamu aja kampungan” jawabnya ketus.

“Ih…ini cewek gayanya selangit. Bisaku tonjok juga!” geram Hikari dalam hati.

Saat istirahat, Hikari muncul di loteng sambil ngomel2.” Kamu kenapa Hi-chan?” tanya Izumi.

“Itu, di kelasku ada murid baru. Gayanya itu loh sok! Pake nyindir2 penampilanku lagi.” jawab Hikari dengan nada teriak.

“Orangnya gimana sih?” tanya Ryu penasaran.

“Nanti deh pulang sekolah aku tunjukin yang mana orangnya.”

“Sudahlah…bagi kami Hikari yang paling cantik.” rayu Ishida.

“Ehm…”

“Iya Izumi…” Ishida terkekeh.

Sepulang sekolah, Hikari bersama yang lainnya menunggu digerbang sekolah, ketiga cowok itu penasaran.

“Nah itu dia!” tunjuk Hikari pada seorang cewek yang gaya berpakaiannya modis dan tampak cantik sekali,

Saat cewek itu melewati Hikari,”Oh…jadi mereka bertiga ini adalah bodyguardmu?” tanyanya seraya terkekeh.

“Mereka ini sahabatku, dan dia pacarku!” tunjuk Hikari pada Izumi.

“Hahaha…mereka tampan-tampan.” ujar Miyu seraya mencubit pipi Ryu dan Ishida kemudian dengan cepat ia mencium bibir Izumi.

“Hey!!!” geram Hikari kemudian dengan cepat meninju wajah Miyu tapi meleset.

“haha…siapa pun yang kucium harus menjadi milikku!” ujar Miyu seraya berlalu.

“Dasar cewek murahan!!!” Hikari memberontak, tetapi ditahan oleh Izumi, dan yang lainnya kemudian menyeretnya kedalam mobil.

“Hikari…sudahlah. Itu hanya sebuah ciuman.” ujar Izumi berusaha menenangkan diri.

“Apa kamu bilang?! Kamu sukakan?” geram Hikari.

“Gawat…emosi Hikari sudah mulai meledak-ledak.” ujar Ryu panik.

Yang paling ditakutkan oleh ke tiga cowok ini adalah emosi Hikari yang meledak-ledak. Jika sudah begini kaca mobil yang tebal pun bisa ditinjunya hingga pecah.

“Kyyaaaaa….” belum sempat Hikari meninju kaca mobil, Ryu dengan cepat menangkap Hikari dan memeluknya erat. “Hikari…tenang! aku mohon…”

Hikari hanya menangis dipelukan Ryu, sedangkan Izumi hanya terdiam tak percaya semua ini akan menimpa dirinya dan Hikari. Hikari sementara ini diturunkan dirumah Ryu, supaya Ryu bisa menenangkan Hikari.

“Hikari…aku mohon percayalah padaku.” ujar Izumi sesaat sebelum mobil Ishida meninggalkan rumah Ryu.

Saat didalam kamar Ryu, “ Hikari, aku yakin Izumi tidak menanggapi ciuman itu. Kalo kamu seperti ini Izumi pasti akan sedih. Tenanglah…”

“Cewek itu…aku membencinya!!!”

“Sudahlah…aku yakin Izumi tidak akan menghianatimu.” Ryu berusaha keras menenangkan Hikari.

“ya sudah…antarkan aku pulang saja” pinta Hikari.

“Baiklah…”

Keesokan harinya disekolah, “Hai Hikari…tampaknya Izumi menikmati ciuman itu…” goda Miyu.

“Terserah padamu…” jawab Hikari singkat.

Saat berjalan ke loteng, dilihatnya ada Izumi disini. Kemudian dia membatalkan niatnya untuk berkumpul dan kembali turun. Tetapi Izumi sempat mencegahnya.

“Hikari…” panggilnya.

Langkah Hikari terhenti kemudian dia membalikkan tubuhnya.

“Haruskah aku mempercayaimu lagi, Izumi?” tanya Hikari serius seraya menatap lekat mata Izumi yang tampak sayu.

“Hikari…haruskah kamu lebih mempercayai Miyu,orang yang baru kamu kenal dibandingkan aku yang sudah kamu kenal selama 10 tahun?” tanya Izumi balik tanpa menjawab pertanyaan Hikari sebelumnya.

Hikari terpaku, terdiam dalam bisu. Kemudian Izumi mendekat dan kemudian memeluk Hikari. “Aku mohon, percayalah padaku Hikari…”

HIkari, tidak menjawab, ia hanya meneteskan air mata. Ryu pun menghampirir mereka, begitu juga dengan Ishida. Merekaberempat pun saling berpelukkan.

“Hikari…seharusnya kamu lebih mempercayai Izumi. Aku tau semua perasaan Izumi, karena aku kembarannya. Dia tidak mungkin berpaling pada Miyu. Mana mungkin Hikari yang disukainya sejak kecil dilepas begitu saja karena Miyu, cewek yang baru dikenalnya” jelas Ishida.

“Apa yang dikatakan Ishida benar. Jika kamu seperti ini, Miyu akan merasa menang. Dimana Hikariku yang katanya tak terkalahkan?” sambung Ryu lagi.

Hikari perlahan-lahan mulai tersenyum, tetapi ekspresi Izumi mulai dingin lagi.

*cup* Hikari mencium pipi Izumi,” Hentikan ekspresimu itu!” ujarnya seraya berlari meninggalkan 3 cowok itu.

Pada sore harinya, saat pulang membeli buku, Izumi melihat seorang cewek sedang duduk dipinggir jalan sambil memegangi kakinya.

“Miyu?” sapa Izumi.

“Oh…kak Izumi. Kak Tolong aku…”

“Kamu kenapa?”

“Kaki ku terkilir, dan sekarang nggak bisa jalan. Kakak maukan menggendongku?’ Miyu memohon.

“Bagaimana ya?” Izumi sedikit bingung.

“Ayolah.” Miyu sedikit memaksa.

Akhirnya Izumi pun mau menggendongnya. Tiba-tiba sebuah mobil hitam berhenti didepan Izumi dan Miyu, kemudian memaksa Izumi untuk masuk. Izumi tidak bisa membela diri karena orang-orangnya Miyu banyak dan bertubuh besar.

Keesokan harinya saat disekolah,”Izumi tidak ada!” ucap Ishida dengan nada panik.

“Memangnya kemaren Izumi kemana?” tanya Ryu yang mulai kawatir.

“Dia pergi membeli buku” jawab Hikari tegang.

“Izumi tidak pulang dari kemaren! Baiklah hari ini aku dan Ryu akan mencarinya” ujar Ishida.

“Aku ikut!” Hikari memohon agar diijinkan ikut.

“Tidak Hikari, ini berbahaya. Izumi tidak mungkin sampai tidak pulang. Pasti ada sesuatu yang berbahaya.” cegah Ryu.

“Baiklah…” Hikari sedikit kecewa.

“Aku akan menghubungimu!” Ishida berusaha memberikan kelegaan untuk Hikari.

Sorenya, Hikari hanya menunggu Ishida menghubunginya. Sampai pukul 7 tepat, hanphone Hikari berbunyi. Hikari mendapat pesan yang isinya “3 pangeranmu ada bersamaku. Jika kamu ingin mereka selamat, sekarang datanglah ke aula sekolah sendirian. MK”

“Miyu!!!”

Setelah membaca pesan itu, Hikari bergegas pergi ke aula sekolahnya. Hikari langsung berlari kejalan. Sempat beberapa kali ia terjatuh karena tidak melihat jalan hingga kakinya lecet dan berdarah. ia tidak peduli dengan rasa peris dan tetesan darah itu, yang ada dipikirannya hanyalah Izumi, Ryu dan Ishida.

Sesampainya diaula, “Miyu, lepaskan mereka!” teriak Hikari.

“Oh…Hikari.Akhirnya kamu datang juga. Kamu lihat ke3 pangeranmu ini?” tanya Miyu seraya menunjukkan Ryu, Izumi, dan Ishida yang lemah tak berdaya karena habis dipukul. Ke 3 cowok itu diikat dan mulutnya ditutup dengan kain.

“Izumi, Ryu, Ishida!” pekiknya. Ia berjalan mendekat ke arah mereka tetapi dihalang oleh Miyu.

“Jika kamu ingin menolong mereka biarkan aku menyiksamu dulu. Jika kamu menolak maka mereka bertiga akan ku bunuh!” gertak Miyu.

“Hiaaat….” Hikari pun memberikan tendangan mautnya pada Miyu tetapi ditangkis oleh pengawal hikari jatuh tersungkur tak berdaya.Miyu mendekati Hikari kemudian menendangnya.

“Hahaha…akhirnya inilah saat yang paling kutunggu-tunggu. Membalaskan dendamku pada kalian semua!.” ujar Miyu dengan lantangnya.

“Apa maksudmu?” tanya Hikari terbata-bata.

“Masih ingat dengan Mori? Mori yang sangat menyukai kak Izumi dan tergila-gila padanya, itu aku!” akunya.

Semuanya terkejut, “Mor…Mori…tapi kenapa?” tanya Hikari terbata-bata.

“ Itu karena kalian semua meremehkanku! Aku dulu memang nggak cantik, tapi kamu lihat sekarang! Aku lebih cantik dibandingkanmu. Tapi tetap saja kak Izumi tidak berpaling padaku.” jelasnya seraya mengelus wajah Izumi yang tampaknya ingin sekali berteriak.

Hikari mencoba berdiri, tapi tetap saja terjatuh. Kaki Hikari terlalu lemah untuk menopang tubuhnya. Miyu pun mendekat pada Hikari kemudian mengeluarkan pisau lipat. Diarahkannya pisau itu kewajah Hikari, “Hahaha…Wajah cantikmu ini tidak akan cantik lagi!” tawanya. Miyu menyuruh pengawalnya untuk memegangi tangan Hikari, kemudian dia menorehkan pisau itu di pipi Hikari, darah mengucur dari sayatan itu. Hikari tidak berdaya lagi. Begitu juga dengan ke3 cowok itu. Kemudian Miyu menjambak rambut Hikari dan memotongnya.

“hahaha…rasakan itu. Lepaskan dia…aku sudah puas!” aura pembunuh Miyu berkobar-kobar.

Ke 3 cowok itu memandangi mata Hikari, memberi kekuatan untuk Hikari dan meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja. Perlahan-lahan Hikari mulai bangkit lagi. Walaupun dengan kaki yang bergetar, ia tetap berusaha berdiri tegak. Kemudian dia mengambil ancang-ancang untuk mengeluarkan seluruh kekuatannya untuk menolong orang-orang yang dicintainya.

Saat Miyu membelakangi Hikari,” Miyu terima ini” *Buuk* Hikari menendang wajah Miyu hingga tidak sadarkan diri. Para pengawal Miyu pun mengelilingi Hikari. dengan sekuat tenaga Hikari menghadapi mereka semua yang berjumlah lebih dari 20 orang. “Izumi, tolong aku…” ujar Hikari dalam hati.

Karena semua pengawal sibuk dengan Hikari, ke 3 cowok itu berusaha melepaskan ikatannya dan dengan cepat menolong Hikari.

“Hikari… Aku mendengar kamu memanggilku.” ujar Izumi seraya mengambil ancang-ancang untuk menyerang pegawal Miyu. Hanya dalam beberapa menit saja semua pengawal Miyu, jatuh terkapar.

“Aku akan melaporkan dia ke polisi” ujar Ishida.

“Jangan…biarkanlah dia. Aku mengerti bagaimana persaannya.” cegah Hikari.

“Hikari…?” semuanya memandang Hikari. Hikari hanya tersenyum, kemudian tiba-tiba dia pingsan.

“Pangeranku…” igau Hikari.

“Beginilah HIkari jika aku berada didekatnya saat dia tertidur.” ujar Izumi pada Ryu dan Ishida seraya menatap Hikari dengan senyuman.

“Aku sudah memberitahukan kepada orang tua Hikari, mereka sangat khawatir, tetapi aku sudah berhasil meyakinan mereka bahwa Hikari tidak apa-apa” ujar Ryu.

“Ya sudah biarkan Hikari beristirahat dulu. Izumi jagalah dia! Aku dan Ryu akan tidur dikamarku” pesan Ishida.

Mereka berdua pun meninggalkan kamar Izumi.

“Hikari,maaf aku terlambat untuk menyelamatkanmu.” *cup* Izumi mencium kening HIkari.

“izumi…” Hikari terbangun.

“Hikari? Ada apa?”

“Jangan jauh-jauh dariku. Sekarang aku ingin bersama Izumi.” ujar Hikari sedikit memohon.

“Baiklah…”

Hikari tertidur dalam pelukkan Izumi.

*Hikari…jangan memelukku terlalu erat. Tulang rusuk ku sakit…. Aww*

to be continue

Wonderlife part 2

“Hikari?”

“Ada apa Mori?” Hikari kembali bertanya kepada teman sekelasnya itu. Untuk pertama kalinya cewek yang dikenal sebagai murid pendiam itu menemui Hikari. Wajahnya sedikit lesu, dan berkacamata.

“Hm…maaf ya. Kalo boleh tau sejak kapan kamu bersahabat dengan kak Izumi?” tanyanya ragu.

“Oo…kak Izumi. Ya sejak kecil, waktu itu kami tetanggaan. Emangnya ada apa dengan kak Izumi itu?” tanya Hikari sedikit penasaran.

“Eh…tidak ada apa2.” jawabnya sedikit terbata-bata.

Hikari meliriknya seraya tersenyum,” Suka ya?” tebak Hikari asal.

Mori terkejut, “ Eem…” sampai tidak bisa menjawab.

“Tuhkan…Mori ternyata suka sama kak Izumi. Gimana kalo sekarang ikut aku!” Hikari menarik tangan Mori bermaksud mempertemukannya dengan Izumi.

“Eh…kemana?” tanya Mori yang pasrah mengikuti langkah kaki Hikari.

Sesampainya di loteng tempat mereka biasa berkumpul tampak Izumi sedang sibuk membaca bukunya. Ryu dan Ishida sedang bermain passing bola.

“Hai semuanya, kenalin ini Mori teman sekelasku!” Hikari memperkenalkan teman yang dibawanya itu.

“A..Em…salam kenal semuanya.” Mori sedikit malu untuk memberi salam untuk semuanya.

“Hai Mori!” Ryu membalas salam Mori dengan senyuman begitu juga dengan Ishida. Terkecuali Izumi yang masih asyik dengan bukunya.

Hikari pun menghampiri Izumi dan *Buuk* Hikari meninju kepala Izumi.

“Hey kak Izumi, kamu dengar gak Mori tadi memberi salam?!” bentak Hikari dengan wajah ketus.

“Dengar…” jawabnya datar.

“Dasar KAK Izumi!!!” pekik Hikari.

Tiba-tiba aura pembunuh Izumi muncul saat ia menatap Hikari,”Gawat…” Hikari sedikit takut. Hikari bisa takut pada Izumi jika aura pembunuh Izumi muncul dari tatapannya, karena waktu kecil Izumi pernah mengarahkan pisau ke arah Hikari, padahal sebenarnya Izumi hendak menikam kodok yang berada disamping Hikari, hanya saja Hikari tidak menyadari keberadaan kodok itu. Karena Izumi tau, Hikari sangat takut pada kodok. Hikari sampai demam selama seminggu, dan akhirnya Izumi pun meminta maaf kepada orang tuanya Hikari dan menjelaskan kejadian yang sebenarnya, tetapi Izumi melarang orang tua Hikari memberitahukan alasan yang sebenarnya, takut Hikari shock mendengar waktu itu ada kodok disebelahnya. Dan akhirnya Hikari hanya tau Izumi hendak menikamnya.

“Berhentilah memanggilku dengan sebutan KAK!” pintanya dengan nada datar.

Suasana mulai tidak nyaman,”O…iya Mori, kamu sejak kapan berteman dengan Hikari?” tanya Ryu seraya memecahkan suasana.

“O…em, sejaaaaak….” belum selesai Mori menyelesaikan kata-katanya tiba-tiba Hikari menarik tangan Mori,”Ayo Mori, ikut denganku!” Hikari tampak tergesa-gesa meninggalkan tempat itu.

“Izumi… Tampaknya Hikari mengingat kejadian itu. Apakah tidak berbahaya untuk kesehatannya?” Ryu sedikit kawatir melihat reaksi Hikari barusan.

“Tidak apa-apa. Dia bukan cewek lemah seperti dulu lagi.” jawab Izumi singkat.

“Izumi, tidakkah sebaiknya kamu memberitahukan alasan yang sebenarnya kepada Hikari. Karena aku takut dia akan terus membencimu, karena dia mengira kamu ingin membunuhnya dulu.” Ishida mendekatkan diri kepada Izumi dan merangkul kembarannya itu.

Izumi terdiam sejenak,”Biarkan saja” jawabnya singkat.

Di kelas, Hikari terlihat masih sangat shock.

“Hikari, kamu tidak apa-apakan?” tanya Mori sedikiti kawatir melihat ekspresi Hikari itu.

“Tidak…” jawabnya singkat.

“Memangnya ada apa antara kamu dengan kak Izumi, tampaknya tadi kamu sangat ketakutan saat kak Izumi menatapmu?” tanya Mori sedikit penasaran.

“Tidak…Tidak ada apa-apa. Bisakah kita membicarakan hal yang lain?” Hikari mulai merasa tidak nyaman dengan pembicaraan ini.

“Oh…maaf. Tapi Hikari, bisakah kamu menolongku untuk pendekatan dengan kak Izumi?”

Hikari menatap Mori yang tampaknya sangat menyukai Izumi,”Baiklah, jika kamu benar2 menyayanginya” jawabnya seraya tersenyum.

“Pulang sekolah nanti, kamu bareng aku aja. Biasanya kami selalu pulang bersama-sama.” lanjut Hikari lagi.

“Tentu saja!” Mori setuju dan tampak sangat bersemangat sekali.

Sepulang sekolah, tampak di depan gerbang sekolah Ryu,Ishida sedang menunggu Hikari, sedangkan Izumi hanya duduk menunggu didalam mobil mewah bercat hitam milik Ishida yang biasa mereka pakai setiap harinya.

“Hai Ishida, Mori bisa ikut pulang bersama kitakan?” tanya Hikari seraya memohon.

“Untuk tuan putriku yang cantik apa sih yang nggak?” jawab Ishida seraya menyuruh mereka berdua masuk.

Didalam mobil kursi tengah mobil itu saling berhadapan, Mori duduk bersebelahan dengan Izumi sesuai rencana Hikari yang sudah mereka susun tadi. Sedangkan Ryu, Ishida, dan Hikari duduk kursi hadapannya. Selama diperjalanan suasana sangat hening, Izumi pun memandangi Hikari dengan tatapan tajam, Hikari merasa takut kemudian menutup wajahnya dengan punggung Ishida.

“Hikari, kamu kenapa?” Ishida sedikit terkejut.

“ Ah…tidak apa-apa.” jawab Hikari berdalih.

Ishida pun memeluk Hikari dan mengelus kepalanya karena mereka semua tau Hikari bisa tenang jika ada yang memeluk dan mengelus kepalanya. Hikari lama kelamaan mulai merasa tenang, tetapi ia masih tidak berani membuka matanya.

“Kak Izumi, suka baca buku apa aja?” tanya Mori memecahkan keheningan.

“Semua buku.” jawabnya singkat.

“Ayolah Izumi, santai saja… Tegang sekali! Hahahaha…” tawa Ryu.

Izumi tampak tidak terlalu menghiraukan ocehan Ryu barusan. Ia masih sibuk dengan buku-bukunya. Mori tampak sedikit tidak nyaman dengan sikap Izumi yang terkesan dingin.

“Berhenti. Rumahku disini.” Mori meminta supir untuk menghentikan mobil itu. “Terima kasih atas tumpangannya.”

“Sama-sama!” jawab Ishida seraya menutup pintu mobil.

Tidak berapa lama akhirnya sampailah di rumah Ryu,”Hikari tidak mampir? tanya Ryu seraya turun dari mobil.

“Tidak” jawabnya singkat.

“Kamu kenapa?” tanya Ryu yang bingung dengan sikap Hikari.

Hikari masih memeluk Ishida dengan erat. Ishida pun memegang keningnya,”Ya ampun Hikari kenapa kamu tidak bilang kalo kamu sakit?” Ishida terkejut setelah merasakan panas tubuh Hikari. “ya sudah, biar ayahku yang memeriksa keadaanmu dirumah” lanjutnya. Kebetulan ayah Ishida adalah seorang dokter.

“Terserah…” jawab Hikari lesu.

“Ryu, tolong kamu hubungi mamanya Hkari bilang Hikari sakit dan diperiksa dirumahku. Ok?” Ishida meminta tolong kepada Ryu.

“Baiklah…Hikari semoga cepat sembuh.” ujar Ryu seraya menutup kembali pintu mobil Ishida dan kemudian melambaikan tangan.

Hikari memberanikan diri untuk membuka matanya, tetapi yang dilihatnya adalah tatapan Izumi yang terkesan menyeramkan. Hikari semakin erat memeluk Ishida.

“Izumi, hentikan tatapanmu itu! Itu membuat Hikari semakin takut.” tegur Ishida.

Izumi hanya diam saja. Ishida merasa kasian dengan Hikari, “Pasti dia teringat akan kejadian itu” pikir Ishida.

Sesampainya di rumah, Ishida langsung menggendong Hikari masuk kedalam rumah.

“Izumi, aku akan membaringkan Hikari dikamarmu karena kamu tau sendiri kamarku penuh dengan alat-alat band” pinta Ishida.

“Terserah…” jawab Izumi.

Tanpa basa-basi lagi, Ishida langsung menuju ke kamar Izumi dan membaringkan Hikari di kasur Izumi yang empuk.

“Jaga dia sebentar, aku akan memanggil ayah dulu.:” pinta Ishida.

Izumi memandangi Hikari lekat, kemudian mendekatkan diri ke Hikari. Dielusnya kepala Hikari dengan lembut,”Terima kasih telah menyelamatkanku pangeran. Aku mencintai pangeran…” Hikari kembali mengigau. Izumi tertegun,”Ternyata pangeran itu?” gumamnya seraya tersenyum tampak mengetahui sesuatu.

“Izumi, Hikari kenapa?” Ishida datang dan menggetkan Izumi.

“Tidak apa-apa, dia hanya mengigaukan suatu hal.” jawabnya seraya berlalu meninggalkan kamarnya.

Ishida pun menghampiri Hikari dan mengompres kening Hikari untuk menurunkan panas Hikari sementara menunggu ayahnya pulang dari RS.

Tiba-tiba handphone Ishida berdering,” Halo…Oh…Iya. Baiklah aku akan segera kesana.” Panggilan dari teman-teman bandnya. “Izumi…!!!” panggil Ishida.

“Ada apa?” jawabnya seraya melongo dari depan pintu.

“Kamu jaga Hikari sebentar. Aku lupa kalo hari ini ada latihan. Jangan lupa kompres keningnya.” pesan ishida terburu-buru.

Ternyata Izumi sangat perhatian dengan Hikari, dia mengompres Hikari kemudian mengelus-ngelus kepala Hikari supaya Hikari merasa nyaman. Dan akhirnya Izumi letih juga. Dia duduk disebelah Hikari, tiba-tiba Hikari menggigil.

“Hikari kamu kenapa?” tanya Izumi panik. Seluruh tubuh Hikari bergetar. Izumi berusaha menghubungi Ishida tetapi handphonenya tidak aktif, begitu juga dengan ayahnya. Karena Izumi sangat kebingungan akhirnya dia menyenderkan hikari di bahunya dan memeluknya dengan erat. Getaran itu pun terasa ditubuh Izumi,”Hikari…maafkan aku.”

“Izumi…Izumi…” Ishida membangunkan Izumi yang ternyata tertidur. Dia terkejut, kemudian melihat Hikari tertidur pulas dibahunya. “Bagaimana keadaan Hikari?” lanjutnya.

Izumi memegang kening Hikari dan merasakan suhu tubuhnya. “Sudah mulai membaik.” jawab Izumi dengan lega.

“Ayah malam ini tidak bisa pulang karena ada pasien yang sedang dioperasi. Biarkan saja Hikari tidur disini. aku sudah meminta ijin kepada mamanya dan mamanya mengijinkan. Kamu tidur bareng aku aja.” ajak Izumi.

“Hm…tidak usah. Aku akan tidur disofa ku saja. siapa tau Hikari ada apa-apa nantinya.” jawab Izumi seraya memandangi Hikari yang tampaknya tidur pulas dan letih.

“Baiklah. Ini, kamu bangunkan dia sebentar untuk meminum obat ini. Kemudian kamu cepat-cepat mengelus kepalanya supaya ia tidak bangun total. Ok?” Ishida pun menyerahkan obat dan segelas air untuk meminum obat itu. Ishida kemudian meninggalkan kamar itu. Izumi pun dengan perlahan membangunkan Hikari,”Hikari…Hikari…” panggil Izumi pelan.

“Ada apa?” jawab Hikari setengah sadar.

“Ini minumlah dulu” Izumi membantu Hikari untuk duduk dan meminum obat itu.

Izumi dengan cepat kembali duduk disamping Hikari dan mengelus kepalanya. Perlahan-lahan Hikari mulai tertidur lagi.

Paginya…

“Kyaaaaaa!!!!” pekik Hikari terkejut.

Izumi terbangun, mendapati dirinya tidur berdua dengan Hikari.

“apa yang kamu lakukan padaku!!!” teriak Hikari pada Izumi yang masih tampak ngantuk.

Mendengar teriakkan Hikari, Ishida bergegas berlari ke kamar Izumi. “Ada apa?”

“Ishida…” Hikari berlari ke arah Ishida dan memeluknya. Kemudian menangis.

“Hey Hikari, kamu jangan salah paham dulu! Aku sudah cape-cape mengurusmu semalaman suntuk. Kamu malah menuduhku yang tidak-tidak. Aku tidak mungkin melakukan hal sehina itu.” ujar Izumi membela diri.

“Hahaha…itu benar Hikari. Mungkin Izumi hanya kecapean setelah mengurus kamu kemaren seharian sampai larut malam dia tidak tidur.” jelas Ishida sambil tertawa.

Hikari merasa bersalah, perlahan-lahan dia mendekati Izumi kemudian memeluknya. “Terima kasih Izumi-kun” ujarnya. Setelah beberapa menit kemudian…

“Hey lepaskan! Aku bukan boneka yang bisa kamu paluk seenaknya!” ujar Izumi tersadar kemudian melepaskan pelukan Hikari.

“Hahaha…tapi kamu juga menikmatikan?” ejek Ishida.

“Sudahlah…tapi aku berterima kasih kamu tidak memanggilku “KAK” lagi.” ujar Izumi seraya berlalu meninggalkan mereka berdua.

Hikari hanya tersenyum,”Izumi, terima kasih telah menjagaku. Sekarang aku baru menyadari bahwa kamu juga menyayangiku” gumam Hikari dalam hati.

“Hikari…Hikari…” suara Ishida menyadarkannya dari lamunan.

“Izumi itu tidak sejahat kelihatannya. Dia juga sayang kok sama Hikari, seperti aku dan Ryu menyayangi Hikari.” lanjutnya.

“Benar…”

“Hikari, sekarang aku antar kamu pulang ya. Aku takut mamamu mengkhawatirkanmu dirumah.”

“Hm…aku tau Ishida sedang terburu-buru. Pergi aja. Aku pulangnya nanti aja, Izumi bisa mengantarku.” ujar Hikari dengan penuh harap.

“Baiklah…aku tinggal dulu ya. Akur-akurlah dengan Izumi” pesannya.

Hikari pun mencari-cari Izumi, dan kemudian mendapati Izumi sedang memasak di dapur.

“Wah…Izumi bisa masak juga?” pekik Hikari tidak menyangka.

“Tentu saja.” jawab Izumi dingin.

Tiba-tiba Hikari mendekati Izumi dan memeluknya erat dari belakang. “Izumi, aku mohon jangan bersikap dingin seperti itu lagi kepadaku. Aku tau Izumi sangat menyayangi aku, bahkan lebih dari pada Ryu dan Ishida. Malam tadi aku memimpikan kejadian itu, saat kamu mengarahkan pisau kepadaku. Ternyata disebelahku ada kodok, kamu ingin membunuh kodok itu, bukannya aku. Izumi ingin menyelamatkanku. Aku yakin mimpi malam tadi adalah kejadian yang benar2 terjadi dulu. Aku mohon Izumi, janganlah bersikap seperti itu lagi. Karena aku membutuhkanmu Izumi… Aku tau kamu selalu melindungiku, dari dulu sampai sekarang. Hanya saja kamu menutup-nutupi perasaanmu dengan sikap dinginmu itu. Izumi…” Hikari semakin erat memeluk Izumi. Izumi membiarkan Hikari memeluknya, dan beberapa saat kemudian Izumi membalikkan tubuhnya dan *cup* mencium Hikari. Hikari hanya pasrah, dan kemudian pipinya basah karena air mata yang mengalir dari matanya.

“Sudahlah jangan menangis lagi… Maafkan aku atas sikap ku selama ini. Aku hanya terlalu pengecut untuk memperlihatkan perasaanku padamu. Aku akan menjagamu selamanya, Putri Hikari…”


To be continue

Wonderlife part 1

“Ryu-kun!!!…”
“Ada apa Hikari?”
“Lihat ini…!” Hikari menunjukkan sebuah koleksi kalung barunya.
“Pita…pita…dan pita. Hikari, apakah kamu tidak bisa memamerkan barang lain selain kalung pita berloncengmu itu? Tampak seperti kalung kucing!”
“Kak Izumi jahat! Itukan hakku ingin mengoleksi apa.” Hikari tampak sangat kesal sekali dengan celetukkan Izumi.
“Sudahlah Izumi, kamu jangan terlalu keras pada Hikari.” bela Ryu.
“Kyaaa…Ryu-kun adalah pahlawanku!” pekik Hikari seraya memeluk Ryu.
“Hey Hikari, beruntungnya kamu selalu dibela oleh Ryu. Haha…Hey Izumi, kamu jangan terus-terusan menyalahkan Hikari, kasihan dia.” celetuk Ishida.
“Huh!” Izumi tidak terlalu mendengarkan celotehan Ryu dan Ishida itu.
Mereka berempat itu adalah sahabat sejak kecil. Mereka selalu bersama dalam susah maupun senang dan tidak dapat dipisahkan walaupun kelas mereka berbeda. Ryu,Izumi, dan Ishida adalah seniornya Hikari.
Hikari Aoyama, cewek berumur 15 tahun ini adalah cewek yang super aktif tetapi ceroboh. Dia sangat suka bela diri. Walaupun wajahnya cantik dan memiliki senyum yang manis, tetapi dibalik itu dia memiliki kekuatan yang sangat besar. Saat kecil dia pernah meninju wajah Izumi sampai berdarah karena Izumi tidak sengaja menginjak ekor kucing peliharaannya. Dia juga suka mengoleksi kalung berlonceng yang terbuat dari pita warna-warni. Rambutnya di highlight merah dan diikat kebelakang menyerupai pita.
Ryu Higashi, cowok berumur 17 tahun ini adalah cowok penggemar olahraga basket dan menjadi ketua tim basket sekolah ini. Wajahnya tampan, dengan highlight biru dirambutnya menambah ketampanannya. Dia adalah idola semua siswi disekolah ini. Dia adalah orang yang paling dekat dengan Hikari, dan dia sudah menganggap Hikari sbeagai adiknya sendiri.
Izumi Himura, cowok berumur 17 tahun ini adalah cowok pendiam dan tertutup dibandingkan yang lain. Dia memiliki kembaran bernama Ishida. Dia menggunakan kaca mata, dia paling suka membaca buku. Selama sekolah dia selalu menjadi juara umum sekolahnya. Tetapi walaupun begitu penampilannya tidak kalah menariknya dengan Ryu dan Ishida,walaupun rambutnya tidak di highlight tetap saja tampan. Hubungan Izumi dan Hikari tidak terlalu akrab. Mereka berdua seringkali berselisih paham. Tetapi jangan salah lho, diam-diam Izumi ini menyukai Hikari sejak kecil, tetapi Hikari lebih memilih Ryu daripada dirinya. dan dia merasa risih jika Hikari memanggilnya ‘Kak’, karena dari antara mereka bertiga hanya dia yang dipanggil Hikari dengan sebutan itu.
Ishida Himura, kembaran Izumi ini adalah cowok agresif, berbeda dengan Izumi yang pendiam. Hobinya adalah bermain gitar. Semua cewek langsung melting saat melihat penampilannya saat dipanggung. Wajahnya sama tampannya dengan yang lain, tetapi dia lebih populer ketimbang yang lain. Dia juga sangat senang menggoda Izumi dengan Hikari, karena dia tau Izumi menyukai Hikari.
Teng…teng…bel istirahat telah berbunyi. Seperti biasa mereka berempat berkumpul diloteng sekolah tempat mereka sering berkumpul..
“Ryu-kun, aku membawakan bekal untukmu” Hikari menawarkan onigiri buatannya yang dibawanya sebagai bekal.
“Oh…terima kasih Hikari….”
“Hikari, boleh aku minta?” tanya Ishida sedikit ragu. Karena pengalaman saat kecil, Hikari pernah menggigit tangannya saat dia mengambil makanan Hikari tanpa ijin.
“Tentu saja…silahkan diambil.” jawab Hikari tersenyum seraya menyodorkan kotak bekalnya pada Ishida.
“Hm…enak!” pekik Ishida. “Hey Izumi, onigiri buatan Hikari enak lho!” goda Ishida pada Izumi.
“Tidak lapar” jawab izumi singkat dan ketus.
“Siapa juga yang ingin membagikan onigiri ini ke kak Izumi, wee…” ejek Hikari.
“Sudah…sudah! Ngomong-ngomong rencana kita hari ini gimana? Jadi gak nonton aku manggung?” tanya Ishida dengan mulut penuh onigiri.
“Hm…jadi. Bagaimana Hikari?” tanya Ryu.
“Tentu saja. Ryu bisa jemput akukan?” pinta Hikari dengan penuh harap.
“Maaf Hikari, hari ini aku harus mengantar Hotaru les dahulu” Hotaru adalah adik laki-laki Ryu.
“Ishida?” tanya Hikari memohon.
“Maaf juga. Aku harus latihan dulu sebelum tampil. Bagaimana dengan Izumi saja.” usul Ishida terkekeh.
“Tidak mau.” tolak Izumi.
“Huh! siapa juga yang mau bareng kak Izumi!” balas Hikari ketus.
“Sudahlah Izumi, aku tidak mau tau. Kau harus mau bersama Hikari. Nanti aku menyusul.” ujar Ryu.
“Hufh…” desah Hikari seraya menggembungkan pipinya.
Sore harinya sesuai perjanjian, Izumi akhirnya mau menjemput Hikari.
“Selamat sore tante. Hikarinya adakan?” sapa Izumi.
“Ada. Silahkan masuk” mamanya Hikari menyuruh Izumi masuk.
“Terima kasih” ujar Izumi seraya duduk disofa empuk milik Hikari yang selalu jadi tempat mereka bermain dari dulu.
“Ma…aku pergi dulu.” ucap Hikari sedikit berteriak. Bergegas dia menuruni tangga dan menemui Izumi.
“Sudah siap?” tanya Hikari mengagetkan Izumi.
Izumi pun berdiri dan memandangi Hikari lekat,”Cantik…” ucapnya reflex.
“Apa?” tanya Hikari yang tidak terlalu mendengar ucapan Izumi.
“Eh…tidak. maksudku kamu lama sekali!” jawab Izumi seraya mengalihkan pembicaraan.
“Namanya juga cewek. Ayo….!” jawab Hikari seraya menarik tangan Izumi.
Saat diperjalanan,”Tumben kak Izumi cakep” celetuk Hikari terkekeh.
“Apa maksudmu?” tanya Izumi ketus.
“Tanpa kacamata dan ada highlight merah dirambutmu.” Hikari tersenyum memandangi izumi yang tampaknya mulai salah tingkah.
“Sudahlah. Nanti kita terlambat!” ujar Izumi seraya menutupi rasa malu-malunya terhadap Hikari. Dia mempercepat langkahnya meninggalkan hikari. Tak berapa lama Hikari berteriak,”Kak Izumi tunggu aku, kaki ku terkilir!” Izumi terkejut dan bergegas menghampiri Hikari,”Kamu kenapa?”
“Hak sepatuku patah, dan kakiku terkilir. Aku tidak bisa jalan.” jawab Hikari terisak.
“Sudahlah, diam saja. Naik!” Ryu bermaksud menggendong Hikari.
Tanpa banyak bicara Hikari pun menuruti perintah Izumi. “Aduh, kamu berat sekali.” pekik Izumi.
“Sudahlah, gendong saja!”
Sesampainya di kafe tempat Ishida manggung,”Hey bocah, turunlah.” pinta Izumi. Tapi tidak ada jawaban dari Hikari.
“Hikari bangun!” perintah izumi.
“Hoam…sudah sampai ya? Hehe” Hikari hanya terkekeh dan berlenggang masuk kedalam kafe itu.
Ternyata acara sudah dimulai,”Ryu!!!” panggil Hikari pada seorang cowok yang sedang duduk sambil menikmati coca-cola.
“hai Hikari. Izumi mana?” tanya Ryu seraya melambaikan tangan.
“Itu…dia masih diluar. Mungkin marah karena aku tertidur saat digendongnya.” jawab Hikari lesu.
“Digendong?” Ryu agak sedikit bingung.
“Sudahlah, ayo kita kesana. Ini saatnya penampilan Ishida.
“Oke!”
Suara riuh memenuhi ruangan cafĂ© itu, semua orang meneriakan nama “Ishida” saat Ishida mulai tampil. Ishida adalah seorang vocalist sekaligus gitaris. beberapa lagu seudah dibawakan grup Ishida.
“Hikari aku ke toilet dulu ya. Kamu berhati-hatilah.”
“Oke!”
Saat music yang dimainkan semakin keras, orang-orang sudahmulai lepas kendali untuk menggerakkan tubuh mereka mengikuti alunan musik. Tiba-tiba seorang lelaki terjatuh dan hampir menabrak Hikari.
“Hikari, awas!” ujar seseorang seraya menyelamatkannya.
“Kak izumi.” Hikari tercengang.
“Makanya, kamu tidak usah sok-sokan sendiri disini!” ucap Izumi ketus.
“Huh! Siapa juga yang sok-sokkan!”
Acara pun usai, Ryu dan Ishida menghampiri Hikari dan Izumi.
“kalian kenapa?” tanya Ishida karena melihat Izumi dan Hikari saling membelakangi.
“Bocah, itu sudah menyusahkanku!” jawab Izumi tanpa memalingkan wajahnya.
“Siapa yang menyuruh kamu menolongku?” Hikari mulai emosi.
“Sudah-sudah” lerai Ryu seraya tertawa kecil melihat kelakuan kedua sahabatnya itu.
“Aku dan Ryu ada urusan sebentar. Kalian pulanglah dahulu.” ujar Ishida seraya merangkul bahu Ryu.
“Apa? Aku tidak mau mengantar dia lagi.” Izumi menolak.
“aku juga tidak mau pulang bersamamu.” ucap Hikari tak mau kalah.
“Ya sudah kami pulang duluan ya!” pamit Ryu pada Hikari dan izumi.
Sekarang tinggal mereka berdua ditempat itu.
“Aku pulang sendiri saja” ujar Hikari seraya berlari meninggalkan Izumi.
Izumi tidak menjawab dan membiarkan Hikari pulang sendiri.
Diperjalanan suasana malam mulai mencekam. Hikari melewati jalan sepi, sendirian. Tiba-tiba ia melihat sekumpulan orang-orang mabuk. mau tidak mau dia harus melewati mereka karena itu jalan satu-satunya menuju rumahnya.
“hay Cantik…sendirian aja?” goda salah satu dari mereka.
Hikari mempercepat langkahnya tanpa menghiraukan orang-orang itu. Tiba-tiba salah seorang dari mereka mulai menghalang-halangi jalan Hikari.
“Minggir!” perintah Hikari.
“hahaha…ayo cantik. Lebih baik bersama kami.”
“Tidaaak….” *Bruuk…* pemabuk yang menggoda Hikari tadi tersungkur di tanah.
“Ayo Hikari!” orang yang menolong Hikari tadi menarik tangan Hikari.
“Kak izumi, ngapain disini?” tanya Hikari heran.
“Masih nanya lagi. Aku sudah memperkirakan akan terjadi kejadian seperti ini. Walaupun kamu hebat bela diri tetap saja kamu adalah perempuan.”
“tapi….”
“Naiklah kepunggungku!” pinta Izumi.
Krena sudah terlalu letih juga akhirnya Hikari menurut saja.
Diperjalanan pulang Hikari pun tertidur,”Terima kasih Izumi” ucapnya tanpa sadar karena ia tertidur. Izumi hanya tersenyum mendengar ucapan Hikari barusan dan ia tertawa kecil saat melihat wajah polos Hikari saat tidur.
Sesampainya dirumah,”Permisi…”
“Ya? Oh…Izumi. masuk masuk” mama Hikari mempersilahkan masuk.
“Ya ampun hikari!” mama Hikari sedikit terkejut melihat Hikari yang tertidur pulas digendongan Izumi.
“Tidak apa-apa tante. Aku akan langsung mengantarkannya ke kamar. “Permisi.”
Sesampainya dikamar Hikari, Izumi meletakkan Hikari di atas kasurnya. “Kamu lebih cantik saat tidur Hikari.” tawanya.
Izumi melihat sebuah buku yang terbuka di atas meja belajar Hikari,diary Hikari. Izumi pun membaca isi halaman yang terbuka itu. “Izumi!!! Aku tak tau kamu itu malaikat atau monster! Aku membencimu, tapi aku juga menyayangimu seperti yang lainnya. Walapun kamu adalah orang paling menyebalkan didunia ini” Setelah membaca tulisan itu, Izumi hanya tersenyum.
“Hikari…” izumi mendekatkan diri pada Hikari dan mengkecup keningnya.
“Dasar Izumi menyebalkan…” igau Hikari.
“Selamat tidur Hikari…” Izumi menutup pintu kamar Hikari dan beranjak pulang.
Keesokan harinya,”Ryuuuu…!!!” panggil Hikari dari kejauhan dan ia berlari menghampiri Ryu,Izumi dan ishida.
“Ada apa Hikari?” tanya Ryu penasaran.
“Malam tadi aku bermimpi seorang pengeran mengecup keningku tetapi wajahnya tidak terlalu jelas.” jelas Hikari.
Ryu dan Ishida hanya saling berpandangan kemudian memandangi sambil tersenyum Izumi yang tampaknya ikut mencuri dengar walaupun ia sibuk dengan bukunya. Izumi yang merasa dipandangi menjadi salah tingkah…”Apaan sih?”
“Hahahahaha…” Ryu dan Ishida kemudian tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Hikari dan Izumi hanya diam saja karena heran melihat tingkah Ryu dan Ishida. Kemudian Izumi dan Hikari hanya saling bertatapan. “Perasaan apa ini?”


To be continue

Cherry's Tree

Cherry’s tree
Senja itu awan biru mulai memudar, angin dingin mulai menusuk di kulit. Miyuki Aikawa, cewek berumur 15 tahun itu sedang duduk termenung di bawah sebuah pohon cherry yang berada ditaman kota. Pohon Cherry itu adalah tempat favoritnya untuk bermain dan menghabiskan waktunya sejak kecil. Ia merapikan rambut panjangnya yang terurai indah, diikat menyerupai pita pada bagian rambut samping kanan dan dihiasi sebuah pita kecil berwarna biru muda. Ia memandangi sepasang kekasih yang sedang bermesraan dan berciuman, “Hufh…kapan ya aku bisa merasakan semua itu?” gumamnya pelan seraya bertopang dagu.
“Hahaha…kasian sekali nenek ini, tampaknya ingin sekali merasakan bagaimana rasanya dicium.” celetuk seorang cowok yang juga melihat kearah sepasang kekasih itu yang tiba-tiba sudah berada disampingnya sambil tertawa.
“Apa maksudmu?!” ujar Miyuki seraya menoleh ke arah cowok yang baru saja menertawainya itu. Setelah melihat cowok itu, Miyuki tiba-tiba saja tertawa,”Hahahahaha…anak SMP tau apa urusan orang dewasa!”
Cowok itu menoleh kearah Miyuki dan mendekatkan wajahnya ke wajah Miyuki,”Aku bukan anak SMP!” ucapnya dengan tegas, tersirat senyum manis dibibirnya.
“Terus apa? SD? hahahaha…” Miyuki menertawainya habis-habisan.
“Bukan urusanmu! O…iya nenek, umurmu berapa?” tanyanya.
“Untuk apa?” Miyuki kembali bertanya.
“Sudahlah jawab saja…”
“Bulan Mei nanti 16 tahun. Memangnya ada apa kamu menanyai umurku?” Miyuki mulai mencurigai cowok itu.
“Hahaha…umur segitu belum pernah ciuman? Memalukan!” ledeknya.
“Biarin…”
“Memangnya segitu inginnya dicium ya?” tanya cowok itu lagi.
“Hm…” belum Miyuki menjawab, tangan cowok itu menarik jaket Miyuki dan *cup…* menciumnya.
“Gimana?” tanyanya seraya tersenyum manis.
“Kyaaaaa!!!! Dasar anak SMP!!! First kissku… Tidaaak!!!!” Miyuki berteriak kemudian mendorong cowok itu sampai terjatuh, kemudian meninggalkannya.
Malamnya saat dikamar, Miyuki menelpon sahabatnya ”Halo…Kagome. hari ini aku sial banget!!!”
“Memangnya kamu kenapa?” tanya Kagome dengan nada penasaran.
“First kiss ku direbut oleh cowok yang tidak dikenal!!! Mana sepertinya dia anak SMP lagi… Menyebalkan! Jika aku bertemu dengannya lagi, akan kugantung dia di pohon!” amarah Miyuki.
“Hahaha…sudah2. Tenang…” Kagome berusaha menenangkan sahabatnya itu.
“Gimana mau tenang??? Cowok itu bertindak sesuaka hatinya…! Padahal aku ingin first kissku ini diberikan kepada orang yang kucintai… Sedangkan anak SMP itu siapa? Kenal aja nggak!” sambil menelepon, Miyuki menggigit-gigiti boneka pandanya.
“Ya sudah besok sore kamu ke taman itu aja. O…iya besokkan kita sudah masuk kelas baru, kita sudah kelas 2!!! Aku penasaran dengan wajah2 junior kita…” pekik Kagome riang. Dibalik telpon, Miyuki sedang menangisi nasibnya.
“Hey Miyu chan, kamu dengar nggak…? =3= “
*pip* “Miyu…! Kok teleponnya dimatikan?! Huh!” Kagome sedikit kesal karena dicuekin.
Miyuki pun mencoba untuk menenangkan diri. Dipejamkannya kedua matanya itu,*ziiing* terlintas bayangan wajah cowok yang tadi sore menciumnya. “Kyaaa…kenapa yang muncul malah wajahnya! Nggak boleh tidur…nggak boleh tidur…”
Keesokan harinya, Miyuki berangkat sekolah dengan lesu. Matanya berkantung karena kurang tidur. Jalan menuju sekolahnya melewati taman kota itu. Warna merah ranum dari buah cerry dari pohon itu menggodanya untuk segera menghabiskan semuanya. Tanpa pikir panjang lagi Miyuki segera memanjat pohon itu. Tentu saja ia tidak mengalami kesulitan, karena ia sudah terbiasa memanjat pohon itu. saat diatas, ia memetiknya satu dan memasukannya kedalam mulutnya. “Hm…enak!” pekiknya.
“Hei…kamu memakai warna pink bergambar cherrykan…” celetuk seseorang mengagetkan Miyuki. Saking kagetnya, Miyuki pun terpeleset dan jatuh tepat diatas orang yang barusan mengatakan warna underware yang dipakainya.
“Aduh…” pekik orang itu.
Miyuki pun dengan cepat bangkit dan bermaksud meminta maaf. Tetapi saat dilihatnya wajah orang itu,”Bocah ini lagi!” pekiknya terkejut. “Hey bocah, apa yang kamu lakukan disini?” tanya Miyuki geram.
“Ya aku cuman lewat, terus ngeliat cewek manjat pohon ya aku samperin… Ternyata kamu, si nenek tua yang ingin dicium… Hahaha” ledeknya.
Miyuki mendorong kening cowok itu dengan jari telunjuknya,”Bocah…berhent

ilah memanggilku dengan sebutan nenek tua!” geramnya.
“Ya, akukan nggak tau namamu. Makanya aku memanggilmu dengan sebutan itu.” jawabnya seraya berharap Miyuki mau memberitahukan namanya.
Miyuki baru sadar cowok itu memakai seragam sekolahnya,” Hey bocah, seragammu itu?” belum selesai Miyuki bertanya cowok itu sudah berlari pergi meninggalkannya.
“Huh dasar!” Miyuki melirik jam tangannya,”Kyaaaa…aku terlambat.”
Untung saja, Miyuki datang disaat yang tepat saat bel masuk berbunyi. Miyuki bergegas menuju ruang kelas barunya. Miyuki pun mencari-cari kelasnya. Saat ia melewati ruangannya dulu, ia melihat seseorang yang seharusnya tidak ada disitu.”hah bocah itu?” pekiknya. tapi ia buru-buru menyadarkan dirinya,”Tidak mungkin…pasti salah lihat!” Ia pun bergegas mencari kelasnya lagi.
Saat istirahat, Miyuki dan Kagome memilih untuk bersantai di taman sekolah. Mereka duduk di tepi kolam ikan, yang penuh dengan ikan hias warna –warni. Miyuki menghembuskan nafasnya dengan keras,”Hufh!”
“Kamu kenapa lagi?” tanya kagome seraya meneguk orange jus yang dibawanya dari rumah.
“Tadi aku bertemu lagi dengan bocah yang malam tadi aku ceritakan…” jelasnya dengan lesu seraya melempari kerikil kecil kedalam kolam.
“Terus…terus???” tanya kogome penasaran.
“Ya…aku sial lagi. tadi pagikan aku majat pohon cherry yang ada ditaman itu karena sedang berbuah. Tiba-tiba bocah itu muncul dan dengan keras menyebutkan warna underwareku!” jelasnya sedikit emosi.
“Terus?”
“Aku kaget terus jatuh menimpanya… tapi untunglah ada dia, kalo nggak entah bagaimanakah rupa wajahku saat ini.” jelasnya.
Tiba-tiba,”Nenek…” suara itu mengagetkan Miyuki sehingga ia tercebur ke kolam ikan.
“Miyuki!” pekik Kagome seraya berusaha menolongnya.
“Bocah ini lagi…” ucap Miyuki geram. “dasar sialan!!!!” Miyuki mengejar cowok itu tanpa menyadari bagaimana kondisinya sekarang. Beberapa orang mulai terkekeh dan menutup hidung saat melihat Miyuki basah kuyup dan bau amis. Miyuki bingung dan baru menyadari tubuhnya basah kuyup dan bau amis. “Kyaaaa…”
Setelah berganti baju, Miyuki duduk dikursinya,”Untung aku punya baju satu lagi di loker…”
“Ternyata namamu Miyuki ya?” suara yang sudah tidak asing lagi ditelingan Miyuki.
“Bocah ini lagi… Ngapain kamu kesini?” geram Miyuki.
“Cuman mau ketemu kamu aja” jawabnya seraya memberikan senyuman hangat pada Miyuki.
“Jangan tersenyum padaku…” Miyuki semakin geram.
Cowok itu tiba-tiba saja menarik tangan Miyuki dan membawanya berlari,”Hei kita mau kemana?!”
Sesampainya di loteng sekolah,”Ngapain kita kesini?” tanya Miyuki ketus.
Cowok itu tidak menjawab, dan malah mendekat dan kemudian…”Eh…!” Miyuki dengan cepat mundur selangkah. “kamu tidak bisa menciumku lagi…”
“GR…siapa yang ingin menciummu. Aku hanya ingin mengambil sisa kotoran yang menyangkut di rambutmu.” jawabnya seraya mengambil kotoran itu.
“Oh…terima kasih.” Miyuki tersenyum sesaat, tapi kemudian ekspresi kembali garang,” Bocah...kamu ngapain disekolahku?” tanyanya.
“Ngapain? Ya sekolahlah…aku murid baru tahun ini.” jawabnya seraya duduk disebuah kursi panjang.
“O…berarti kamu ini juniorku dong. hahahaha” ledeknya.
“Bukan berarti kamu bisa melakukan semua seenaknya padaku” ucapnya datar.
“Hah? Seenaknya padamu?! Seharusnya aku yang berkata begitu padamu! Kamu dengan seenaknya merebut first kissku!” bentak Miyuki.
”Memangnya kenapa?”
*buk* Miyuki memukul kepala cowok itu,”Kenapa katamu?! First kissku ini hanyaku berikan pada orang yang kucintai dan itu bukan kamu!”
“Terus siapa?” tanya cowok itu sedikit melirik.
“Ya…belum ada juga sih. Biar banyak cowok yang suka padaku entah kenapa nggak ada satu pun yang aku sukai.” jawabnya lesu seraya duduk disamping cowok itu.
“Ngomong-ngomong namamu siapa?”tanya Miyuki sedikit penasaran.
“Natsuno Hiroyama.” jawabnya.
“Oo…”
Natsuno menari baju Miyuki dan *cup* “Hehehe…yang kedua” ucapnya terkekeh.
Miyuki tersentak kaget kemudian tangannya dengan cepat melayang kepipi Natsuno, tapi Natsuno menangkapnya. Sambil memegang tangan Miyuki yang hendak menampar wajahnya tadi,”Miyu-chan…jadilah pacarku.”
Miyuki dengan cepat berdiri dan berlari meninggalkan Natsuno tanpa berkata sepatah katapun.
Saat pulang sekolah, Miyuki mampir sebentar ke McD untuk membeli cheeseburger favoritnya dan kemudian membawanya ke pohon cherry tempatnya biasa menghabiskan waktu jika ia malas untuk pulang kerumah. Saat hendak menyantap burgernya,Natsuno muncul dihadapannya dengan tatapan memelas berharap Miyuki mau membagikan cheeseburgernya. “Tidak usah memelas seperti itu, nih makan!” Miyuki membagi dua burgernya kemudian memberikan sepotong untuk Natsuno. Dengan senang Natsuno menerimanya kemudian, duduk disamping Miyuki dan memakan cheeseburger itu dengan lahap. “Kamu kelaparan ya?” tanya Miyuki karena melihat ekspresi Natsuno saat makan sangat menikmati sekali.
“Terima kasih ya… Ternyata Miyuki orangnya sangat baik.” ucapnya seraya memberikan senyuman kepada Miyuki.
Mendengar hal itu Miyuki akhirnya luluh juga,”Ya sudah…aku sudah bisa memaafkanmu.” ucap Miyuki pasrah.
“Sungguh?” tanya Natsuno riang.
“Ya…”
“Terima kasih Miyu-chan!” pekiknya seraya memeluk Miyuki.
“Sudah…lepaskan!” pinta Miyuki karena pelukkan Natsuno terlalu erat.
Tiba-tiba Natsuno bersender di bahu Miyuki,” Hei…angkat kepalamu” ujar Miyuki.
Tidak ada jawaban,”Natsuno? kamu kenapa?” Miyuki panik. Tapi ia mencoba menenangkan diri kemudian meletakkan kepala Natsuno di pangkuannya. Miyuki menatap lekat wajah Natsuno saat pingsan, “ Ternyata dia manis juga” gumamnya.
Saat hari mulai senja, Natsuno baru sadar. Dia bangun, dan melihat Miyuki tertidur. “Mungkin dia lelah…” gumam Natsuno. Kemudian Natsuno mendekatkan wajahnya tapi Miyuki keburu bangun. “Natsuno sudah bangun? Syukurlah… kamu kenapa? Aku bawa kedokter ya?” tanya Miyuki sedikit khawatir seraya memegang kening Natsuno.
“Tidak usah… Aku hanya anemia ringan kok” jawabnya seraya menggenggam tangan yang digunankan Miyuki untuk merasakan suhu tubuh natsuno.
“Hari minggu ada acara nggak?” tanya Natsuno.
Miyuki berpikir sejenak,”Sepertinya nggak ada. Memangnya kenapa?”
“Aku ingin mengajakmu kesuatu tempat. Mau ya…?” Natsuno memohon.
Miyuki kembali berpikir sejenak,”Baiklah…hitung2 balas budi atas cheeseburger yang sudah kamu makan tadi.” Miyuki menerimanya.
“Baiklah…hari minggu jam 10 aku tunggu disini. Hey…aku menganggap ini kencan pertama kita lho!” ucapnya seraya mengedipkan mata. Kemudian ia berlari meninggalkan taman itu seraya melambaikan tangan.
“Kencan?”
Keesokan harinya saat disekolah,”Ada Miyuki?” tanya Natsuno pada Kagome.
“Kamu yang kemaren itukan?” tanya kagome balik.
“Iya kak.”
“Dia sedang di ruang klub musik. Kamu cari saja dia disana…” ujar kagome.
“ya sudah, aku permisi ingin menemui Miyu-chan. Bye…” ucap Natsuno seraya melambaikan tangan pada kagome.
“Hahaha…aku pikir tidak salah jika Miyu-chan bersamanya. Tampaknya dia anak yang baik. Aku bisa merasakan auranya…” tawa Kagome keras dengan gaya bak peramal. (_ _!) swt
Natsuno mencari-cari ruang klub music,”Ini dia!” Natsuno membuka sedikit pintu ruangan itu,tampak Miyuki sedang bermain biola dengan merdunya. Ekspresi wajahnya tampak syahdu dan senyumnya ikhlas tulus keluar dari hatinya. “Ternyata walaupun gayanya seperti cowok tapi ternyata dia sangat lembut” gumam Natsuno yang tidak sadar bahwa Miyuki sudah berada di depannya.
“Heh…ngapain kamu berdiri disitu?” tanya Miyuki menyelidiki.
Natsuno baru sadar dari lamunannya saat Miyuki mengacak-acak tatanan rambutnya. “Hey…!” pekiknya.
“Kamu ngapain disini?” tanya Miyuki sekali lagi.
“Oh…aku hanya ingin bertemu kamu aja.” jawabnya sedikit terbata-bata.
“Ikut aku yuk!” ajak Miyuki seraya menarik tangan Natsuno.
“Nah…ini dia. Indahkan?” tunjuk Miyuki. Halaman belakang sekolah ternyata lebih luas dan lebih indah. Banyak ditumbuhi bunga-bunga dan pohon-pohon cherry. Ada sebuah danau kecil disitu.
“Dulunya taman ini lebih indah dibandingkan sekarang. Sayangnya banyak murid-murid yang tidak bertanggung jawab merusaknya sehingga kepala sekolah menutup taman belakang sekolah ini.” jelas Hikari seraya mengajak Natsuno yang tampaknya masih tercengang untuk duduk dibawah sebuah pohon cerry.
“Terus kenapa kamu bisa masuk kesini?” tanya Natsuno penasaran.
“Sekolah ini turun-temurun diwariskan di keluargaku. Kepala sekolah saat ini adalah pamanku, kakak ayahku. Tetapi tidak ada yang mengetahui hal ini karena saat disekolah pamanku menganggapku seperti murid2 lainnya, tidak ada yang special. dan pohon cerry ini adalah pohon cerry yang aku tanam saat aku masih TK. Aku pernah diajak kakekku ke taman ini.” jelas Miyuki.
Natsuno tampaknya mendengarkan penjelasan Miyuki dengan seksama.
“Miyu-chan, kenapa kamu baik sekali padaku padahal aku telah mencuri ciuman pertamamu yang sebenarnya untuk orang yang kamu cintai?” tanya Natsuno serius seraya menatap lekat mata Miyuki dan memegang tangannya.
“Karena… Natsuno mirip dengan sahabat kecilku yang sudah meningalkan aku duluan.” jawab Miyuki pelan.
“Maksudmu?”
“Dia sudah meninggal… Dia adalah sahabatku satu-satunya yang sangat aku sayangi. Aku bertemu dengannya saat aku sedang menangis. Dia menghampiriku dan memberi buah cerry Makanya aku jadi suka dengan buah cerry. Kemudian kami bersama-sama menanam pohon cerry yang ada ditaman itu. Saat itu dia berjanji akan menjagaku, tapi dia tidak bisa menepati janjinya. Seharusnya ciuman pertama ini aku berikan kepadanya… Tetapi apa boleh buat, penyakitnya telah merenggut nyawanya.” Miyuki mulai meneteskan air matanya.
“Sudahlah…aku yang akan menepati janjinya.” ucap Natsuno seraya memeluk Miyuki dan membelai rambutnya dengan lembut.
Miyuki hanya pasrah dan menangis terisak-isak dipelukan Natsuno.
Hari minggu yang ditunggu2 pun tiba, Miyuki kebingungan ingin memakai baju apa dan berdandan seperti apa. “Hari inikan harikan hari pertamaku kencan…”
Setelah lama Natsuno menunggu akhirnya Miyuki datang juga.
“Hahahaha…wajahmu kenapa seperti orang tua?” tanya Natsuno seraya tertawa. Ia menghapus lipstick tebal yang dipakai Miyuki dengan jarinya dengan lembut. Ia juga melepas ikatan rambut yang dibuat Miyuki seperti sanggul. “nah…selesai. Aku suka miyu-chan yang natural seperti ini.”
Miyuki merasa malu,dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. “Aduh begonya aku sampai salah dandan kaya gini. Untung kostumnya bener.” gumamnya dalam hati.
“Hey, kamu ngapain… ayo ikut aku!” Natsuno menggandeng tangan Miyuki.
Mereka ternyata mengunjungi pusat perbelanjaan yang paling ramai dikunjungi orang. Mereka bermain di zonagame, terus foto2 di photobox,dan makan di McD. Mereka tampaknya sangat menikmati kencan ini, tersirat ekspresi kebahagiaan diwajah keduanya. Kemudian Natsuno mengajaknya ke sebuah danau…sangat indah sekali. Warna air yang biru jernih membuat Miyuki semakin menikmati suasana itu.
“Kamu suka?” tanya Natsuno.
“Tentu saja” jawab Miyuki seraya memberikan sebuah ciuman di pipi Natsuno.
Natsuno terkejut, dan kemudian tersenyum. “Mau ku belikan es krim?” tanya Natsuno.
“Boleh...”
“Kamu tunggu disini ya” ujar Natsuno seraya berlari untuk membelikan es krim itu.
Cukup lama Miyuki menunggu,”Natsu-kun mana sih?” Miyuki pun memutuskan untuk menyusul Natsuno. Setelah berkeliling mencari-cari, Miyuki mendapati Natsuno sedang berpelukan dengan seorang cewek. “Natsu!” pekiknya dalam hati.Miyuki terkejut dan ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya kemudian pergi berlari meninggalkan Natsuno dengan cewek itu.
Setelah mendapatkan es krimnya, Natsuno pun kembali ke danau tadi. Tapi dia tidak menemukan Miyuki disana. “Miyu-chan… kamu dimana?” panggil Natsuno. Tapi tidak ada jawaban.”Miyu…”
Keesokan harinya saat disekolah,”Miyunya ada?” tanya Natsuno pada kagome.
“Maaf Natsuno, aku tidak tau.” jawab Kagome singkat kemudian pergi meninggalkan Natsuno begitu saja. Miyuki sudah menyuruh Kagome untuk berbohong jika Natsuno mencarinya. Tentu saja dengan senang hati kagome melakukannya, karena dia tau Natsuno telah menyakiti sahabatnya.
Setiap hari Natsuno selalu mencari Miyuki ke kelasnya dan diseluruh sekolah tapi tetap saja tidak ada. Begitu juga dengan taman itu. Natsuno sudah menunggunya sejak pagi sampai stetapi Miiyuki tidak ada disitu. Natsuno sudah menanyakan alamat rumah Miyuki tapi tidak ada yang tau. Hingga pada suatu malam…
“Akhirnya ketemu…” ujar Natsuno mengagetkan Miyuki yang sedang duduk di bawah pohon cherry di taman.
“Natsuno…” pekik Miyuki terkejut.
“Kenapa kamu menghindar dariku? Aku selalu mencarimu kemana-mana. Aku juga selalu menunggumu disini, tapi tidak pernah bertemu. dan akhirnya malam ini aku memutuskan untuk kesini sekali lagi.” ucap Natsuno seraya mendekati Miyuki.
“Jangan mendekat!” pekik Miyuki seraya bangkit berdiri.
“Miyuki, kamu…”
“Heh bocah…aku sudah menunggumu lama sekali di danau itu, tapi ternyata kamu sedang berpelukan dengan seorang cewek. sangat akrab sekali!”
“Oh…ternyata itu. Cewek yang kamu lihat itu adalah sepupuku yang baru saja datang dari Korea. Kebetulan aku bertemu dengannya. Karena kami lama tidak bertemu, akhirnya kami melepas rindu dengan berpelukan. hanya itu…” jelas Natsuno dengan tenang.
“Bohong!”
“Miyuki…aku sudah mengatakan semuanya dengan jujur. Tapi kalo Miyuki tetap nggak percaya ya nggak papa. Maafkan aku… Mulai saat ini aku akan pergi jauh darimu. Selama ini aku berada disini karena Miyukilah yang bisa menahanku untuk tidak pergi… tapi aku sudah yakin untuk pindah ke Korea.” ucap Natsuno pelan seolah menahan jeritan tangis dalam hatinya.
“Pindah? Kenapa?”
“Ayahku akan dipindahtugaskan kesana, tapi aku berulang kali memohon agar aku dapat tinggal disini bersama ibu. Tapi…sepertinya Miyuki sudah tidak membutuhkan aku lagi disini. Baiklah Miyuki…selamat tinggal…” ujar Natsuno seraya berjalan pergi meninggalkan tempat itu.
“Natsuno jahat!” Miyuki meneriaki Natsuno.
Langkah Natsuno terhenti, dia berbalik dan melihat ekspresi Miyuki yang tampaknya tidak ingin ditinggalkan. Air mata Miyuki bercucuran.
“Kalo kamu pergi, bagaimana dengan janjimu? Kamu lupa? Sebenarnya aku mencintaimu natsuno!” bentak Miyuki.
Natsuno tertegun, dan ia pun berjalan mendekati Miyuki dan menciumnya.
“Ternyata kamu benar2 mencintaiku ya…” ucapnya sambil tertawa kecil.
“Maksudmu?” Miyuki sedikit bingung.
“Aku hanya ingin tau seberapa jauh kamu mencintaiku. Saat hari minggu itu, aku menghubungi sepupuku yang baru datang dari korea itu. Aku memperlihatkan fotomu padanya, dan aku menyuruhnya memelukku jika dia melihatmu. Karena aku yakin kamu pasti akan mencariku. dan mengenai ayahku dipindah tugaskan, hal itu memang benar. Tapi ibu sendiri yang memilih untuk tetap tinggal di Jepang karena ia tidak mungkin meninggalkan usaha boutiquenya begitu saja.” jelas Natsuno seraya tersenyum kecil karena melihat wajah Miyuki yang sedikit bingung dengan penjelasannya.
“Jadi maksudmu ini semua rekayasamu?” tanya Miyuki ingin tau.
“Tentu saja… jadi mulai sekarang percayalah padaku.” ujar Natsuno seraya memeluk Miyuki kembali.
“Untunglah first kissku ini tidak jatuh ditangan orang yang salah…”
“Cium dong…” goda Natsuno sambil menunjuk bibirnya.
Tanpa ragu lagi Miyuki mencium natsuno… Dibawah pohon Cherry yang ditanamnya bersama sahabat kecilnya Miyuki mendapatkan ciuman pertamanya dan cinta sejatinya.
Beberapa tahun kemudian…
“wah…kamu pakai warna pink bergambar cerry ya?” ujar seorang anak lelaki pada seorang anak perempuan yang sedang memanjat pohon cerry yang ada ditaman.
“Hus! kamu tidak boleh seperti itu Kouya!”
“Tapi ma, memang benarkan…” tawa anak itu.
“Kouya ini sama seperti papanya!” gumam Miyuki seraya melirik ke arah Natsuno yang sedang tertawa melihat tingkah laku anaknya.
“Memangnya kenapa Miyu? Ini menunjukan bahwa darahku dan sifat2ku mengalir ditubuhnyakan?.” jawab Natsuno seraya terkekeh.
“Benar juga ya… lagipula kalo bukan karena kejadian itu mungkin kita tidak akan bisa seperti ini…” ucap Hikari seraya mencium Natsuno.
“Woah…aku juga mau seperti mama dan papa” ujar Kouya.
“Bukan sekarang Kouya…mungkin nanti ditempat ini dengan dia…” ucap Miyuki sambil mengelus2 kepala anak laki-lakinya itu.
“Kamu mau kan?” tanya Kouya pada gadis itu.
“Iya!” jawabnya.
Miyuki dan Natsuno hanya saling memandang dan tersenyum…
“Thanks Cherry’s tree…”